HARI Prasetyo pernah liputan bareng Piala Eropa 2008 di Austria-Swiss. Dia yang jemput saya di bandara internasional Schwechat, Austria. Sekitar 18km tenggara dari pusat kota Wina (Vienna).
Banyak kenangan bersama Mas Hari- begitu saya menyapanya- selama liputan di Austria dan Swiss. Kami menyewa apartemen di Vivarium Strasse, Vienna. Tapi, cuma untuk menaruh barang-barang. Seperti Bang Toyib. Tak pulang-pulang.
Kami lebih banyak 'tidur ayam' di kereta. Dalam perjalanan dari satu kota ke kota lainnya. Karena tuntutan kerjaan. Harus kejar deadline sesuai tugas yang sudah diproyeksikan. Tak gampang, tentunya. Tapi tugas yang menantang. Saya menikmatinya.
"Mas Hari, cewek bule itu nggak mau ketemu orang asing. Jadi Mas Hari balik sendiri ke Vienna ya. Saya sudah janjian ama bule di sini," ujar saya di stasiun kereta Zurich, Swiss.
Mas Hari orang baik. Dia cukup paham perasaan teman. Dia teman diskusi yang menyenangkan. Soal apapun. Kehidupan maupun pekerjaan. Mas Hari tak mau melukai hati teman. Dia santun dan rendah hati.
Kami pernah satu atap di Tabloid GO pada 1997. Mas Hari (1994-2005) kemudian 'hijrah' ke Koran Tempo . Saya bertahan hingga 2009. Mas Hari wartawan senior yang cerdas. Dia banyak memberi warna jurnalistik saya. Kami bertemu di Euro 2008 dengan 'bendera' berbeda.
Mas Hari juga seorang seniman. Kalau tidak ada di meja kerjanya, dia pasti ke Bulungan, Jakarta Selatan. "Biasa Suryansyah, aku latihan teater dulu. Nanti kalau ada naskah berita masuk tolong handle ya," tutur Mas Hari suatu ketika.
Darah seniman dituangkan dalam karya tulisannya. Enak dibaca dan mengalir. Sarat dengan sastra. Jebolan Sastra UI Depok ini beberapa kali tampil dengan teater koma. Bahkan manggung di beberapa negara Eropa.
Tapi, sejak liputan Euro 2008 di Austria dan Swiss, kami tak pernah bertemu. Pada Piala Eropa 2012 di Polandia-Ukraina, kami sempat janjian. Tapi tak liputan bareng. Kami hanya kontak-kontakan. Saya berhome-base di Warsawa, Polandia. Mas Hari lebih banyak bolak-balik Polandia - Ukraina.
"Suryansyah pasti kaget kalau lihat saya sekarang. Badan saya sudah langsing," tuturnya dalam pesan WhatsApp bulan lalu.
Hampir satu jam kita bicara di udara. Mas Hari bercerita kondisi fisiknya. Saya jadi pendengar setia. Saya tak ingin meraba-raba hatinya yang luka. Sesekali saya mencoba menghiburnya. Dia tahu persis saya suka becanda. Supaya suasana cair.