Semburat merah saga di ufuk timur.
Komposisi warnanya seperti undakan teratur menuju tanah Dewa di kisah-kisah negeri dongeng.
Seolah kulihat dataran tinggi Tibet dimana bisa kurasakan keheningan semesta yang nyaris sempuna.
Dari atas bukit dengan tumbuhan Ilalang liar tinggi-tinggi kutujukan pandangku padanya.
Pada Pagi Yang Manis.
Embun bertitik-titik belum sempat menguap dari seluruh daun tetumbuhan di tempatku bertopang dagu.
Angin bertiup lembut membelai kerudungku yang berkibar pelan
dan membuai pipiku yang padanya sempat menganak sungai air mata bahagia-maupun-nestapa.
Sebentar lagi matahari merekah.
Siap memancarkan cahayanya untuk membantu organisme hijau berfotosintesa. Sebuah simbiose indah antara makhluk angkasa berjarak tahun cahaya dan makhluk bumi berzat renik klorofil.
Sebentar ya, Matahari...
Beri saya waktu lima menit lagi.
Untuk memandangi semburat merah saga di pagi yang manis ini.
Tetap manis meskipun di sudut kiri cakrawala ada sesaput mendung tipis.
Minggu, 15 Juli 2012
07:58
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H