Lelaki pertama dalam hidupku yang mengenalkanku
pada Lintang Waluku
: mengajariku tentang akarku,
keluarga petani sederhana
di Pantai Selatan Pulau Jawa
Lelaki pertama yang mengenalkanku
membiasakan bibirku melafalkan ayat Qulhu
: Qulhu Allahu Ahad
: Katakan sesungguhnya Allah itu Maha Tunggal
Lelaki pertama yang mengajakku
berjalan beriringan bersamanya
dengan kaki telanjang menapak bumi
memandangi langit Timur
yang masih menyajikan ekor Lintang Kemukus di Subuh hari
: komet Halley yang 76 tahun sekali
menyapa penduduk bumi
Lelaki pertama yang dengan tangannya sendiri
membimbing jari-jari mungilku
menjalin dua helai janur menyatu
menjadi selongsong ketupat
: helai janur kiri perlambang lingga,
helai janur kanan perlambang yoni,
mengutuh menjadi kehidupan
: menjalin ketupat.
Kupat.
Ngaku lêpat.
Untuk selalu ingat bahwa
manusia itu tempatnya khilaf, lupa, dan salah,
sehingga bersedia meluaskan hati untuk ikhlas memaafkan
Lelaki pertama yang mengenalkanku
pada kosa kata
Dewa Ruci,
Kurusetra,
"Werkudoro/Bimo, Arjuno/Janoko, Puntodewo, Nakulo-Sadewo"
: menjadikanku remaja
yang tadinya mengidolakan Puntadewa
karena kejujurannya,
lalu karena Sang Yudistira itu 'berbohong' tentang Aswatama,
maka idolaku bergeser pada Rsi Bhisma
Bapak
pada diriku mengalir DNA-mu
"bekal"-ku membentuk DIRI menjadi versi terbaik
raga dan jiwa
Peluk jauh, Bapak, dari Putri Pembarepmu
Selamat Hari Ayah Nasional
12 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H