Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tata Dhahar

7 Januari 2021   05:43 Diperbarui: 7 Januari 2021   08:54 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cething (bukalapak)

Oh ya
di usia SD
Ibu mengajakku membantunya tata dhahar
piring Bapak selalu yang itu
paling besar
piring beling sederhana putih susu
hiasan bunga di tepian warna abu-abu
gelas Bapak juga berbeda
paling besar, tentu

meja makan kami besar memanjang dengan 6 kursi
ada wijikan
ada serbet yang dilipat di sebelah piring
lalu sendok garpu
segelas air putih:
dalam gelas beling bening
untuk masing-masing
piringku piring enamel bergambar bunga warna merah
dua adikku masing-masing hijau dan biru
piring Ibu piring beling putih susu berbunga pink

nasi dalam cething
warna putih berlubang-lubang
tak lupa sebuah centhong

sajian hidangan sederhana tertata di tengah-tengah meja
tamba amis di ujung meja
diwadhahi keranjang bambu
kadang pisang
kadang duku
berganti selalu sesuai musim
tak pernah ada buah yang mewah

Oh ya
aku baru sadar
entah sejak kapan
meja makan kami tanpa tata dhahar
barangkali sejak jadwal makan siang sudah tidak sama lagi diantara kami berlima
SMA
kuliah
bekerja
atau juga barangkali
kami lebih senang makan di ruang tengah
sambil nonton tivi

dan iya
aku rindu tata dhahar


7 Januari 2021

Catatan Penulis:

Tata dhahar (pengucapan hampir seperti toto dhahar): sebuah tradisi menyiapkan meja makan dengan segala pernak-perniknya menurut aturan tertentu sebelum dimulainya acara makan bersama.

Cething: tempat nasi dihidangkan.

Wijikan: kobokan, semacam mangkuk kecil untuk menampung air bersih untuk cuci tangan pada acara makan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun