Kupanggil kau "Mas"
Kau panggil aku "Ndu"
Kharismamu
membui hatiku sejak lama
pantai Anyer
masjid bermenara mercusuar
rumah kayu tempat kau sering berkabar
: kebersamaan kita
Hatiku
betapa bandelnya ia
sedang logikaku mengerti
wanita pengagummu tak satu-dua
: yang terang-terangan
: yang sembunyi-sembunyi
: yang diam-diam
berkelindan mengisi hari-harimu
Agustus lalu
Aku tahu, kau telah memilih
Wanita berkerudung selendang tenun kuning kunyit keemasan
cincin batu biru tua tosca di jari kanan serupa gaunku yang kupakai saat hadir di perjamuan pernikahan
dialah kekasihmu
Kuucap sayonara
kuumumkan selamat tinggalku senyata perasaan
cinta di jantungku bagai porselen yang retak perlahan
lalu pecah berkeping-keping hingga bila harus kususun lagi akan lebih rumit dari permainan puzzle 5000 potongan
lantak!
Maka
biar kuhabiskan
liburanku Desember ini
: Yogyakarta
: Klaten
: Magelang
: Sleman
biar kumengadu pada
: Rara Jonggrang
: Ratu Baka
: Stupa besar di Arupadhatu
: Astapada Si Kepiting sahabat Brahmana Dwijeswara
Biar kubuktikan kepada dunia
Aku bukan bucin
Parung Mulya, 17 Desember 2020
Catatan penulis: