Puasa puisi: kau bisa?
Sedangkan tembang Macapat Asmaradahana saja penuh irama di tujuh barisnya
8
8
8
8
7
8
8
begitulah aturan jumlah suku kata tiap lariknya
guru wilangan namanya
a
i
e
a
a
u
a
begitulah aturan vokal akhir di setiap barisnya
guru lagu namanya
Puasa puisi
Kau sanggup?
Sedangkan di Alkitabmu ada puisi gnomic
Bhgavadgita-mu penuh rima
Tripitakamu kaya akan sajak
Alam Nasyrahmu berakhir dengan huruf kaf mati yang ditelingaku terdengar bagai mantra
Puasa puisi
Apa kau: yakin?
Kramat Pela, 15 Desember 2020
Catatan penulis:
Macapat adalah puisi tradisional Jawa. Dalam bentuk nyanyian, disebut tembang macapat. Seni sastra Jawa dimana terdapat beberapa jenis lagu (tembang) diantaranya adalah Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradana/Asmarandana (Asmara Dahana), Gambuh, Dandanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, Pucung.
Macapat memiliki aturan ketat dalam pembuatannya. Jumlah barisnya harus memenuhi kaidah. Demikian juga jumlah suku kata pada setiap kalimat dalam satu barisnya, bunyi vokal suku kata terakhir di setiap baris kalimat. Terlepas dari semua itu, makna atau tone (nada) suasana dan rasa dari bait-bait rangkaian kalimatnya pun harus sesuai dengan jenis dan karakter/watak tembang.
Misalnya, Asmaradahana, wataknya identik dengan tahapan perjalanan hidup manusia saat memadu kasih. Sehingga warnanya adalah cinta kasih, asmara, bahkan mencakup juga rasa sedih dan pilu yang ditimbulkan dari cinta.
Contoh lain, Megatruh, yang identik dengan watak kesedihan dan kedukaan. Makna Megatruh adalah terpisahnya jiwa dari raga. Megatruh dari kata 'megat' dan 'ruh'. Megat dari kata dasar 'pegat', artinya berpisah. Ruh adalah roh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H