"Tapi buku saya gimana? Kamu mau ganti juga?! Teledor amat sih." rentetmu, "Buku ini sangat berarti buat saya! Tinggal satu-satunya. Sekarang basah dan kotor kau tumpahi kopi!"
"Saya akan bantu mengeringkan dan bersihin buku Teteh ..."
"Nggak usah!!" sergahmu.
Matamu mendelik. Alismu bertaut. Sebentuk lekukan antara dua alis terlihat nyata. Bibirmu meruncing. Aku pasrah. Tak bisa lagi berkata-kata. Hanya diam menunduk di hadapanmu. Sebelum akhirnya tiba-tiba saja, mulutku terbuka dan mengucapkan kata-kata asing yang sering kudengar darimu di dalam mimpiku.
"Hastungkara. Svaha. Tathastu." Aku mengucapkannya perlahan. Cenderung seperti mengeja kata-kata. Kuulangi lagi.Â
"Hastungkara. Svaha. Tathastu." Di mimpiku, kau sering mengucapkan tiga kata itu dengan suaramu yang lembut syahdu.
Dan terakhir kali, kuucapkan lagi.
"Hastungkara. Svaha. Tathastu."
Tiba-tiba bahumu yang tadinya menegang seakan dalam posisi hendak menerkamku perlahan menjadi tenang, diiringi hela napasmu yang berat.
Kamu duduk lagi di kursimu. Â
"Nih! Keringkan bukuku!" Katamu sambil mengangsurkan bukumu kepadaku. "Pastikan tiap lembarnya kering dan tak ada noda kopi lagi sebercakpun." ujarmu tetap ketus, "Satu lagi. Kopi Gayo V60. Dua. Free. Sebagai ganti kopiku yang kau tumpahkan."Â