terngiang bersama bayangan desau angin laut dan debur ombak menghantam batu karang
buih-buih putih seperti mekar
lalu hilang seketika
Pandan Laut,
kau kah itu yang berdiri tegak di hadapanku?
jelas senyata sentuh tangan ibunda kala tubuh ringkih mungil ini merintih
jelas senyata butir-butir peluh mengaliri wajah setelah ribuan langkah menjejaki bukit-bukit selepas Cijahe
Di tanah kapur perbukitan pegunungan Kendeng
hatiku hanya sanggup menggumam tanya
bergema-gema di dada dan di kepala
kupandang Pandan Laut yang tegak di sana
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!