Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Terverifikasi (Hijau) dalam Dua Hari

19 Januari 2016   02:16 Diperbarui: 19 Januari 2016   02:55 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi terverifikasi"][/caption]

Saat bergabung dengan Kompasiana, saya tidak pernah membayangkan (dan tertarik) untuk menjadi akun terverifikasi. Tidak sekuku hitam-pun (Ah, ini ungkapan dalam bahasa Jawa sebenarnya, yang kupaksakan untuk diadopsi dalam Bahasa Indonesia, yang terjemahan bebasnya adalah: 'tak sedikitpun'). Alasanya? Hmmm.... Gabungan antara 'tidak terlalu ingin dikenal dengan identitas asli', 'tidak ingin sembarangan memberikan informasi tentang ID ke sebuah institusi', dan 'biarlah menjadi penulis anonim saja'. 

Begitulah mulanya. Hingga sekian lama berkecimpung, menyelami tulisan-tulisan lain yang indah-indah dan bagus-bagus, baik fiksi maupun non fiksi di dunia baru bagi saya ini, perlahan muncul kesadaran untuk 'bertanggung jawab' terhadap kualitas dan orisinalitas tulisan yang saya sajikan. Perlahan, muncul trust pada 'institusi' bernama Kompasiana ini. Maafkan, bukan meragukan, namun trust memang tidak bisa dibangun dengan satuan waktu 'kan? Ia adalah sebuah fungsi dari deposit dan withdrawal, menurut The Emotional Bank Account-nya Stephen Covey . 

Ditambah lagi, saat itu, ketika kesadaran muncul 65,7%, saya mendapatkan referensi (justru dari tulisan kawan-kawan di Kompasiana) tentang betapa sulitnya menjadi akun terverifikasi. Bahkan ada yang bilang, 'suka-suka admin-nya'. Saat itu, kebetulan lagi, saya mendapat informasi yang salah yaitu bahwa hanya KTP saja yang 'sah' sebagai password aplikasi terverifikasi. Sedangkan, KTP saya saat itu tiba-tiba entah dimana rimbanya. Kesadaran saya seketika turun menjadi 58,7%. 

Hingga pada suatu hari, setelah kutinggalkan lama, ternyata ada inbox dari admin Kompasiana yang mengingatkan saya untuk segera mendaftar menjadi akun terverifikasi. Tanggal 14 Januari 2016 tepatnya. Karena KTP masih belum juga ketemu, maka saya diamkan saja reminder itu. Hingga tiba waktunya, saat KTP SIM dan paspor sudah ditangan, segera saya lakukan proses aplikasi tersebut. Segera saya klik foto diri saya, dan beranjak ke menu pengaturan. setelahnya adalah menuju data personal, lalu data identitas. Segera saja saya ketikkan nomor identitas saya. Lalu saya upload hasil scan KTP dalam format jpg. Dan segera saya klik sebuah menu yang kira-kira artinya adalah 'mengajukan verifikasi'. Dan.... apa yang terjadi? Gagal, Saudara-Saudara...! Demikian kejadiannya berulang-ulang hingga saya ganti dengan upload hasil scan SIM dan paspor. Semua berakhir dengan kegagalan.

Padahal saya sudah bertekad harus berhasil karena besok-besok, belum tentu saya punya waktu seluang hari itu. Karena gagal terus, saya merasa perlu jeda. So, saya tinggalkan laptop saya dan beralih ke aktivitas lain. Saat kembali lagi, tiba-tiba saya melihat sebuah menu yang tadi tak terlihat, yaitu: identitas, yang ternyata berisi pilihan jenis identitas apa yang akan kita upload. Pilihannya adalah : KTP, SIM, PASPOR dan Kartu Pelajar. Sedari tadi, menu ini saya cuekin ternyata. So, saya ulangi lagi prosedurnya dari awal, dengan pertama-tama mengisikan jenis identitas. Saya pilih PASPOR. Baru setelahnya, saya ketikkan nomor PASPOR yang terdiri dari satu huruf dan tujuh angka. Voila..! Submit kali ini menghasilkan sebuah notifikasi 'sukses'.

18 Januari 2015, sekitar pukul 01:16, predikat Terverifikasi saya terima dengan sukses. Alhamdulillah. Tepat dua hari setelah saya lakukan uploading data identitas diri. Tidak perlu berminggu-minggu menunggu predikat itu. Tidak semenakutkan seperti cerita-cerita yang selama ini kubaca. 

 

Selanjutnya, what's next?

***

Hasanuddin, 19 Januari 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun