Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sedekah Berita ala Jurnalis Warga

24 Oktober 2014   22:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:51 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pengguna layanan, masyarakat berhak memberikan masukan atau advokasi kepada pemberi layanan atau pemerintah demi perbaikan pelayanan publik. Hanya masyarakat awam jika punya keluhan pada pemerintah, biasanya ewuh pekewuh tatkala menyampaikannya secara langsung, misal kepada pihak puskesmas, sekolah, atau kantor perijinan. Maka harus ada cara lain bagi masyarakat ketika ingin menyuarakan persoalan atau keluhan misalnya melalui koran atau media mainstream bentuk cetak.

“Tetapi itu akan sangat terbatas karena setiap tulisan yang dikirim ke media Koran akan melalui redaktur media tersebut. Setiap tulisan tidak secara otomatis langsung muncul di media yang kita tuju. Tetapi harus ada seleksi lebih dulu,” kata Dina Limanto Propincial Coordinator USAID Indonesia wilayah Jawatimur saat jadi satu narasumber talkshow dalam acara Festival Jurnalis Warga 2014 yang dipusatkan di gedung C kampus FISIP Universitas Airlangga Surabaya, 18-19/10, kemarin.

Sebagaimana diberitakan dalam Kompasiana http://sosbud.kompasiana.com/2014/10/22/festival-jurnalis-warga-2014-dan-orang-orang-gila-681858.html, pada tanggal 18-19 Oktober kemarin para Jurnalis Warga [JW] dari lima propinsi di Indonesia yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Papua, dan Jawa Timur, berkumpul di Surabaya mengikuti Festival Jurnalis Warga 2014. Acara yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian dan Komunikasi [Puskakom] Surabaya dan KINERJA-USAID itu merupakan festival kedua setelah pada 2013 dihelat di Makassar.



Sulitnya masyarakat awam memunculkan tulisan berisi keluhan pelayanan publik melalui media mainstream, menurut Dina Limanto, menjadikan keberadaan Jurnalis Warga sangat penting.

“Jurnalis Warga memiliki ruang cukup luas terutama melalui media sosial dan media digital lain. Masyarakat atau para Jurnalis Warga dapat menyuarakan segala yang ada di masyarakat baik melalui karikatur, audio, maupun tulisan jurnalistik,” katanya.

Berbagai upaya yang telah dilakukan para Jurnalis Warga, masih menurut Dina Limanto,ternyata ada hasil cukup nyata, bahkan kebijakan pemerintah kerap goyah setelah ada penulisan produk jurnalistik dari para Jurnalis Warga. Sebagaimana yang terjadi di kecamatan Beji, Tulungagung, dimana pihak puskesmas Beji telah melakukan pemutusan kontrak dengan distributor susu formula.

“Dari pemberitaan gencar yang dilakukan para Jurnalis Warga Tulungagung bahwa pemberian ASI Eklusif untuk bayi usia 0-6 bulan lebih baik daripada pemberian susu formula, ternyata pula ikut berperan terhadap terbitnya peraturan Bupati terkait KIA dan ASI Eklusif yang menjadi payung hukum bagi para petugas kesehatan di wilayah puskesmas Beji dalam mengampanyekan ASI Eklusif dan pelarangan peredaran susu formula, ” kata Dina.

Selain para Jurnalis Warga dari lima propinsi atau 24 kabupaten/kota di Indonesia, festival yang bertajuk ‘Bisingkan Suara Kita Rek ! Untuk Perbaikan Pelayanan Publik’ itu juga dihadiri oleh civitas akademik dari beberapa universitas negeri dan swasta di Jatim, seperti UNESA, UPN, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Bhayangkara Surabaya, Universitas dr. Soetomo, Universitas Negeri Trunojoyo Madura, dan tentu saja Universitas Airlangga Surabaya.

Festival yang dibuka resmi oleh Miss Carolina Konjen Amerika Serikat di Surabaya, dihadiri pula beberapa tokoh media seperti Budi Putra dari The Jakarta Post Digital, Makrus dari SMS Gateway Jerat Papua, Suluh Nusantoro pemilik portal berita beritanusa.com. Budiharto direktur Detik.com, Yuyung redaktur fotografi Jawapos, juga Ari Utami manager news program LIIUR FM Tulungagung.

Tjut Zakiyah Anshari atau biasa dipanggil Bunda Zakyzahratuga memiliki kesan tersendiri terhadap pelaksanaan festival. Dalam pandangan Fasilitator Daerah [Fasda] Jurnalis Warga Tulungagung itu, festival Jurnalis Warga 2014 merupakan ajang sangat luar biasa, terutama bagi para Jurnalis Warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun