Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Punahnya Bahasa dan Sastra Jawa

24 Februari 2015   08:40 Diperbarui: 26 September 2015   20:14 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa apapun akan berpotensi punah termasuk bahasa Jawa. Punahnya suatu bahasa sangat pasti terjadi. Punahnya suatu bahasa akan terjadi jika bahasa yang bersangkutan sudah tidak dipakai lagi baik dalam penulisan maupun pengucapan sehari hari.

Sungguh ironi jika kelak bahasa Jawa cepat punah atau mati di tanah sendiri. Hari ini bahasa Jawa sudah kian ditinggalkan. Hari ini bahasa Jawa sudah semakin tersisih dari bahasa pergaulan abad digital. Dan hari ini penulisan bahasa Jawa hanya lebih berkembang di segelintir kelompok atau komunitas sastra Jawa.

Keberadaan komunitas Sastra Jawa juga terasa memrihatinkan. Meski demikian, paling tidak, keberadaannya  sedikit memperlambat laju kepunahan bahasa Jawa.

Lalu bagaimana upaya mengindari kepunahan suatu bahasa terutama bahasa Jawa? Meski kepunahan tetap tidak mungkin dapat dihindari, akan tetapi, sekali lagi, paling tidak memperlambat laju kepunahan itu.

Upaya untuk memperlambat laju kepunahan bahasa Jawa antaranya harus menggencarkan penerbitan buku berbahasa Jawa, baik fiksi maupun nonfiksi.

Selain itu, bahasa dan sastra Jawa harus pula hidup kembang dalam lembaga pendidikan sekolah, mulai tingkat dasar sampai tingkat atas.

Jika sekolah sekolah terutama di Jawatengah dan Jawatimur semakin enggan menampilkan atau mengajarkan bahasa dan sastra Jawa pada para siswanya, maka kepunahan bahasa dan sastra Jawa sebenarnya tinggal menunggu tanggal.

Merasakan betapa bahasa atau Sastra Jawa semakin ditinggalkan terutama oleh generasi abad digital, Sabtu kemarin, 21/02, Sanggar Kepenulisan PENA Ananda CLUB​ bekerjasama dengan radio 90.9 mhz Liiurfm Tulungagung​, menghadirkan ketua Sanggar Sastra TRIWIDA Tulungagung yaitu Ki Narko Sodron Budiman dalam acara POJOK LITERASI mulai jam 09.00-10.00. Tentu saja membicarakan perkembangan bahasa dan Sastra Jawa terutama di Tulungagung.

Dalam acara yang juga disiarkan melalui jalur streaming itu terungkap, bahwa karya sastra Jawa seperti cerpen dan novel, apalagi geguritan, rupanya kurang diminati para penerbit besar. Itulah sebab, para sastrawan Jawa yang tergabung dalam Sanggar Sastra TRIWIDA seperti Ki Narko Sodron dan Tiwiek SA atau Suwignyo Adi​, berupaya menerbitkan sendiri karya karyanya.

Untuk mendokumentasikan karya karya seperti novel bahasa Jawa dalam bentuk buku, mereka membiayai sendiri dan mendistribusikan sendiri alias menempuh jalur independen atau mandiri. Itu semua dilakukan semata ingin berjuang memperlambat laju kepunahan bahasa atau sastra Jawa.

Acara POJOK LITERASI sejak bulan Januari kemarin rutin diudarakan tiap Sabtu pagi mulai jam 09.00-10.00. Acara ini secara bergilir menghadirkan tokoh tokoh literasi baik lokal dan nasional. Acara ini bertujuan untuk semakin menggebyarkan budaya membaca dan menulis terutama di Tulungagung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun