Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penjara Baru Itu Bernama Sekolah Full Day

10 Agustus 2016   12:00 Diperbarui: 10 Agustus 2016   12:07 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika program Sekolah Full Day jadi diterapkan pemerintah melalui Kemendikbud, siap siap saja melihat penjara baru bagi anak anak sekolah. Semakin hilang waktu berkreasi di luar sekolah. Semakin hilang waktu mencari kegiatan kreatif di luar sekolah. Semakin hilang kesempatan menjalin hubungan dengan teman sebaya lain sekolah. Berbagai komunitas kreatif luar sekolah  sunyi sepi dari celoteh anak anak sekolah. 

Pulang dari Sekolah Full Day mereka harus bergegas membuka monitor dan tombol tombol digital menikmati dunianya sendiri. Bagi anak anak pelosok, mereka menikmati remang perjalanan pulang. Mereka semakin enggan pinjam buku non pelajaran di Taman Bacaan Masyarakat [ TBM]. Apalagi jalan jalan ke toko buku atau pasar buku murah. Mereka mengubah kebiasaan 15 menit Membaca sebelum pelajaran pertama di kelas. Program itu sudah dicukupkan. 

Sekolah tidak lagi sebagai TAMAN menyenangkan. Mereka harus menyiapkan vitamin dan gisi tambahan. Sebab akan diprogram sistem seragam bernama kurikulum. Mereka mau dijadikan mesin. Isi kepala diputar full 5 hari dalam seminggu. Mereka mau dijadikan robot pencari kerja. Mereka tidak diprogram menjadi pencipta kerja. Mereka diakselerasi supaya kelak mampu bersaing dengan asing. 

Atas nama pembangunan karakter, mereka harus menekuni Pendidikan dalam gedung sekolah. Tidak perlu mencari Pendidikan di Alam dan keluarga. Alam membuat mereka radikal. Keluarga membuat mereka lembek. Penjara baru bernama Sekolah Full Day, bikin lembaga pendidikan luar sekolah gigit ibu jari.

wilis-oo-57aab284ae7e61423f4ff8a1.jpg
wilis-oo-57aab284ae7e61423f4ff8a1.jpg
wilis-2-57aab2fa2bb0bdef0f26a9ae.jpg
wilis-2-57aab2fa2bb0bdef0f26a9ae.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun