Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika Priting Dan Kobra Muncul Di Keriuhan Ngrowo Culture Festival 2014

11 Desember 2014   23:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:30 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian besar masyarakat sangat paham bahaya ular Priting dan Kobra. Pada hari terakhir pagelaran Ngrowo Culture Festival Minggu malam kemarin, 08/12, beberapa ekor ular berbahaya itu muncul di panggung utama festival di selatan tulisan Aloon Aloon Tulungagung.

Hanya kedatangannya bersama para pecinta satwa liar yang tergabung dalam komunitas Tulungagung Exotic Animal [TEAM]. Jadi para pengunjung sekitar panggung aman dari patukan dan semburan Kobra.

Bayu Kristianto sesepuh komunitas TEAM mengatakan, semua satwa yang dibawa ke festival kemarin, hasil breading atau dari peternakan, bukan tangkapan liar.

Pada malam itu, Bayu yang juga jagoan menabuh Jimbe, menyampaikan, Tulungagung ternyata terkenal sebagai pengekspor ilegal kerajinan kulit ular. Kata Bayu, di Tulungagung ada tiga pengepul ular dan semuanya ilegal. Tiga pengepul itu ada di daerah kecamatan Bandung, Boyolangu, dan kecamatan Pagerwojo, Tulungagung.

Selama ini untuk mengurangi pembunuhan ular di Tulungagung, Bayu bersama komunitas TEAM telah membentuk tim RESCUE satwa liar beranggotakan 8 orang. Tugas utama tim ini antaralain siap membantu masyarakat 24 jam ketika rumah atau pekarangannya ketamuan binatang berbisa berbahaya seperti ular kobra. “Kami siap membantu 24 jam nonstop. Dan gratis. TEAM tidak memungut biaya,” ungkap Bayu.

Menurut Bayu, semua binatang liar berbahaya yang berhasil dievakuasi, tidak akan dijualbelikan, apalagi dibunuh. Lelaki yang kerap ngocol bikin joke joke segar di atas panggung Ngrowo Culture Festival itu mengatakan, untuk keseimbangan ekosistem, perlu dipertahankan keseimbangan kelangsungan hidup ular ular di alam liar.

Seluruh satwa seperti ular kobra, Priting, dan Pyton, yang dibawa TEAM ke pagelaran Ngrowo Culture Festival 2014 itu, menurut Bayu, bukan hasil tangkapan liar, melainkan hasil breading atau peternakan. ”Selain koleksi, komunitas kami juga membudidayakan satwa berbahaya seperti ular Priting dan Kobra,” ujar Bayu.

Pada kesempatan itu Bayu menghadirkan seorang kawan anggota TEAM Tulungagung yang merupakan salahsatu peternak ular yang sukses di Tulungagung. ”Pak Nyem ini membudidayakan satu jenis ular yang dilindungi Negara, yaitu jenis Molurus. Pada kenyataannya, teman teman komunitas TEAM Tulungagung dapat breading, tidak memburu ular di alam liar,” papar seniman Jimbe itu.

Dalam acara malam terakhir Ngrowo Culture festival 2014 yang baru pertama kali diadakan di Tulungagung itu, Bayu dan kawan kawan dari komunitas TEAM mengadakan demonstrasi atau simulasi cara aman mengevakuasi ular berbahaya seperti Kobra.

Menurut Bayu, pada awal musim hujan seperti bulan Desember sekarang, adalah musim para induk Kobra menetaskan telur telur miliknya. “Otomatis kalau telur Kobra menetas, Embokne Kobraya keluar sarang. Ketika Embokne Kobra keluar,lalu mereka kerap masuk rumah warga mencari hawa yang dingin. Maka harus ada penanganan yang aman,” papar Bayu jelang demo bersama Kobra putih kesayangannya.

Sebagian banyak orang awam, biasanya merasa gemetar gentar sekaligus jijik jika ketemu ular apalagi Priting dan Kobra yang punya semburan racun berbahaya maut. Malam itu, Bayu membeberkan tips atau cara aman menangani ular ular itu.

Pertama, menurut Bayu, jangan pernah panik. Kedua, jangan membuat gerakan yang mendadak dan mengejutkan. “Jika kita ketemu ular,” kata Bayu, “dan kita membuat gerakan mengejutkan mendadak, ular pasti akan melakukan gerakan menyerang. Itu karena ular hanya mengandalkan sensor tubuh dan sensor gerak. Ular tidak punya telinga pendengaran. Ular punya mata tapi penglihatannya rabun.”

Ketika kita bergerak cepat, kata Bayu, ular akan melakukan serangan. Tetapi kalau hanya teriak teriak sementara tubuh diam tenang, ular tidak akan melakukan gerakan menyerang, karena tidam punya alat pendengaran.

Langkah aman berikutnya, menurut Bayu, jangan menggiring ular ke sudut ruangan. “Itu bahaya. Ular akan mencolot karena dalam kondisi tersudut atau kepepet, kekuatan yang dikeluarkan akan bertambah besar,” kata Bayu.

BERSAMBUNG

[caption id="attachment_340726" align="aligncenter" width="300" caption="Bayu Kristianto Sesepuh TEAM Tulungagung sudah ndeprok siap eksen bareng Kobra"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun