Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Eksploitasi Saeni dan Saeni Saeni Lain di Indonesia

12 Juni 2016   21:59 Diperbarui: 12 Juni 2016   22:20 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Eni atau saeni. sumber poto dari kompas.com

Awal bulan puasa Ramadan tahun ini antaranya dibuka heboh berita penggusuran pedagang makanan milik Saeni atau Bu Eni oleh petugas Satpol PP di daerah Serang, Banten. Karena ada yang unggah peristiwa itu, seorang Netizen Dwika Putra dengan akun twitter  @dwikaputra melakukan penggalangan dana publik dengan tujuan membantu korban penggusuran tersebut yang dinilai menciderai nilai nilai kemanusiaan.

Jumlah dana bentuk uang yang terkumpul sudah cukup besar. Sebagaimana diunggah di akun twitter Dwika Putra, saat penggalangan dana resmi ditutup Ahad siang, 12/6, jam 12, terkumpul dengan total 2.427 (Dua Ribu Empat Ratus Dua Puluh Tujuh) Donasi, total yang terkumpul adalah Rp 265.534.758.

Sebagai kilas balik, mengutip berita tanggal 12/6 DARI SINI , nenek Saeni, penjual nasi di Serang, Banten, yang dirazia Satpol PP karena berdagang di bulan puasa, mendadak terkenal setelah berita tentang peristiwa razia terhadap warungnya diberitakan media dan menjadi viral di media sosial. Seorang Netizen bernama Dwika Putra kemudian mencoba menggagas penggalangan donasi untuk Saeni lewat Twitter di @dwikaputra. Sampai Sabtu malam pukul 21.00 WIB, donasi untuk Saeni yang terkumpul mencapai Rp 176.375.193. Angka ini diprediksi akan terus bertambah karena Dwika belum menghentikan pengumpulan donasi ini. Minggu (12/6/2016) pagi ini, rencananya akan kembali diumumkan jumlah total donasi yang terkumpul dari para simpatisan. Sebelumnya, Satpol PP merazia dagangan di warung nasi Saeni, Rabu (8/6/2016) Petugas membungkus semua makanan yang dijual di warung tersebut tanpa tersisa. Saeni pun menangis. Saeni sempat sakit setelah warungnya dirazia Satpol PP. Saeni mengaku kaget ketika Satpol PP merazia warungnya karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan atau peringatan.

Kiranya Dwika Putra dan publik harus memahami pula bahwa tugas utama Satpol PP adalah mengamankan pelaksanaan Peraturan daerah [Perda]. Perlu dicek Perda yang berlaku di wilayah Serang, terutama yang menyangkut aturan bagi para pedagang makanan pinggir jalan pada bulan puasa Ramadan dan pada hari hari biasa. Jangan jangan tindakan Satpol PP menertibkan para pedagang makanan terutama milik Saeni, karena mereka melanggar Perda Serang. 

Lepas dari bagaimana cara Satpol PP melakukan penertiban, kita publik atau masarakat juga harus memahami bahwa suatu Perda itu adalah peraturan daerah yang harus dihormati. Dan tiap daerah tentu saja punya Perda beda beda.

Kalau soal penggusuran atau penertiban para pedagang pinggir jalan yang dilakukan Satpol PP, coba tengok bandingkan dengan yang sebelum ini marak terjadi di ibukota Jakarta. Kenapa selama ini Netizen tidak pernah menyorot tajam rentetan penggusuran di Jakarta yang kita tau lebih keras ketimbang kemarin di Serang? Dan kenapa pula selama ini Netizen sunyi sepi melakukan penggalangan dana publik bagi para pedagang pingir jalan di wilayah Jakarta dan kota kota lain di Indonesia?

Soal penggusuran atau penertiban yang dilakukan Satpol PP, di mana saja, kiranya pula, masarakat golongan bawah terutama para pedagang pinggir jalan, juga wajib kita kasih pemahaman terkait bagaimana mengikuti segala peraturan yang ada di daerah masing masing. Dengan demikian, kita akan terhindar dari usaha melindungi atau membela masarakat golongan bawah yang salah menerjang aturan daerah.

Saya yang hanya dapat membaca berita soal Saeni atau Bu Eni dan Satpol PP Serang, Banten, berpendapat, persoalan Saeni harus dipandang lebih arif. Para Netizen juga harus mau menyorot tiap persoalan publik secara adil. Membangun citra apapun di Media Digital atau Dunia Maya harus berdasar data dan informasi yang berimbang. Apakah sebelum melakukan penggalangan dana publik untuk Saeni, Dwika Putra melakukan kroscek bagaimana sebenarnya Perda yang berlaku di wilayah Serang?

Kita semua tentu patutlah menunjukkan atau merasakan dalam hati keprihatinan atas apa yang dialami Saeni dan Saeni Saeni lain. Tapi kita jangan lalu melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat eksploitasi masarakat golongan bawah. Jangan sampai Saeni dijadikan obyek eksploitasi penggalangan dana publik.

Saya lalu bertanya, mengapa selama ini tidak banyak Netizen yang secara massif melakukan penggalangan dana publik untuk persoalan persoalan lain seperti pengadaan buku bagi Perpustakaan Masarakat atau Taman Bacaan Masarakat [TBM] di pelosok di pesisir di daerah daerah pinggir yang kesulitan mengakses buku buku bacaan? Kalau untuk penggalangan dana bidang Literasi, sungguh sangat sepi pendonasi. Ini hanya satu contoh saja, bahwa Netizen atau publik Dunia Maya harus pula bergegas peduli pada persoalan persoalan jangka panjang negeri ini seperti persoalan akses buku sebagaimana yang telah saya sampaikan.

Dan satu hal lagi, jangan sampai seorang Saeni ditarik ke ranah yang lebih rumit yaitu politisasi. Jika itu terjadi, tentu bukannya membuat Saeni menjadi lebih baik, melainkan justru akan terganggu irama kehidupannya karena tiba tiba saja menjadi sorotan publik dan sorotan media. Saya yakin, Saeni hanya butuh usaha dagang makanannya kembali berjalan sebagaimana hari yang sudah sudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun