Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tafsir Baru Majapahit dalam Serat Pararaton

20 September 2013   21:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:37 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu meski bersetatus sebagai putri mahkota majapahit atau penerus sah tahta Sri Wikramawardhana, Sri Suhita tetap bersetatus sebagai Bhre Daha atau ratu Daha. Sri Suhita menjadi ratu Daha V mengganti kedudukan ratu Daha IV Indudewi yang wafat tahun 1415M.

Karena akan berkaitan, sekilas penulis paparkan daftar pararaja atau ratu yang menjadi Bhre Daha sebelum Sri Suhita. Bhre Daha I adalah permaisuri raden Wijaya yaitu Prameswari Mahadewi narendraduhita, bersemayam di keraton Daha  hanya setahun yaitu antara tahun 1294M-1295M. Kemudian Jayanegara menjadi Bhre Daha II antara tahun 1295M-1309M. Setelah Jayanegara naik sebagai maharaja Majapahit, keraton Daha ditempati rajadewi Maharajasa Dyah Wiyat sebagai Bhre Daha III antara tahun 1309M-1375M. Kemudian yang menjadi Brhe Daha IV adalah putri kandung Dyah Wiyat yaitu Indudewi. Sebelumnya Indudewi menjadi Bhre Lasem I. Indudewi menjadi Bhre Daha IV antara tahun 1375M-1415M. Setelah Indudewi wafat, keraton Daha ditempati Sri Suhita. Pada tahun 1429M, Sri Suhita masih sebagai Bhre Daha.

Kembali ke Aji Ratnapangkaja. Berdasarkan berita Serat Pararaton, tokoh ini adalah Bhre Kahuripan yang dalam Paregreg Agung 1406M menjadi panglima perang Kedaton barat Trowulan dan berhasil menghancurkan pusat Kedaton Wetan di Wirabhumi. Sebelum menjadi maharaja Majapahit, Aji Ratnapangkaja menjadi raja di keraton Kahuripan. Belum teridentifikasi siapa yang kemudian menjadi Bhre Kahuripan menggantikan Aji Ratnapangkaja. Kemungkinan besar pada tahun 1429M, Kahuripan tidak memiliki raja.

Jadi penulis berpendapat bahwa Batara Parameswara Aji Ratnapangkaja naik sebagai maharaja Majapahit mengganti Maharani Kusumawardhani.  Putra sulung pasangan Ranamanggala dan Surawardhani ini bertahta mulai 1429M-1437M.

Berita Serat Pararaton yang menulis kata 'Aji' di depan nama Ratnapangkaja menguatkan teori bahwa suami Sri Suhita pernah menjadi maharaja Majapahit. Aji atau Haji disini lebih bermakna raja di istana Majapahit, bukan raja di keraton bawahan.

Berdasarkan pembacaan berita Serat Pararaton, kiranya pada tahun 1437M, Aji Ratnapangkaja terpaksa menyerahkan tampuk pemerintahan kepada sang permaisuri, Ratu Daha V Sri Suhita. Analisa sejarahnya lebih lengkap termuat dalam buku GIRINDRA: Pararaja Tumapel-Majapahit karya Siwi Sang terbitan 30 Desember 2013.

Penafsiran bahwa Sri Suhita baru naik tahta di istana Majapahit pada tahun 1437M didukung data berita Serat Pararaton yang menulis ada seorang tokoh bersebut Bhre Daha naik tahta Majapahit.

Serat Pararaton menulis:

"Bhre Daha duk anjeneng ratu i caka manawa panca agni wulan, 1359c/1437M."

Terjemahannya:

"Bhre Daha ketika naik tahta sebagai ratu atau maharani Majapahit pada tahun saka 1359 atau 1437M."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun