Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penulisan Sejarah Lokal Memang Mahal

5 September 2014   01:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:36 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita selama ini sudah mulai tersisih dengan sejarah lokal kita. Abai dengan apa yang ada dalam diri kita. Barangkali kita sejenak pada harijadi di daerah daerah kita mengenang sejarah. tetapi hanya sebatas pada peristiwa.

Demikian pernyataan yang diluncurkan sastrawan Ngawi Tjahjono Widarmanto  di hari kedua Rapat Koordinasi Pengembangan Nilai Sejarah Lokal Untuk Memperkuat Identitas Jawatimur di ruang Wisnu Kencana hotel Royal Trawas Mojokerto, 21 Agustus silam.

[caption id="attachment_322308" align="aligncenter" width="300" caption="Sastrawan Jawatimur aseli Ngawi Tjahjono Widarmanto sedang orasi sejarah. Ini satu peserta Rakor yang semangat betul."][/caption]

[caption id="attachment_322309" align="aligncenter" width="300" caption="Taufik Monyong menjadi moderator ketika Ayu Sutarto dan Agus Sunyoto tampil sebagai narasumber di hari kedua Rakor "]

1409827915169258680
1409827915169258680
[/caption]

[caption id="attachment_322310" align="aligncenter" width="300" caption="Sebelum Rakor hari kedua dimulai menyanyikan lagu Indonesia Raya dulu. Hiduplah Indonesia Raya. tu dua."]

14098280661658225856
14098280661658225856
[/caption]

Tjahjono Widarmanto sepakat bahwa identitas Jawatimur sangat ditentukan identitas sejarah lokal. Bahkan sejarah kebangsaan negeri ini sangat ditentukan pula oleh anasir anasir sejarah lokal. Menurutnya, yang paling bertanggungjawab pada sejarah lokal suatu daerah adalah masyarakat yang ada tempat masing masing.

"Oleh karena itu, kata Tjahjono, " saya mengimpikan setiap daerah baik kota dan kabupaten mempunyai penulisan sejarah lokalnya sendiri."

Ia kemudian menceritakan seorang penulis sejarah lokal bernama Dukut Imam Widodo yang menulis banyak sejarah lokal seperti Malang Tempo Doeloe, Surabaya Tempo Doeloe.

"Saya hormat pada sahabat saya itu, Dukut Imam Widodo," kata Tjahjono Widarmanto. "Dia menawarkan penulisan sejarah lokal pada kabupaten kabupaten termasuk Ngawi. Tetapi yang di kabupaten juga terkaget kaget dengan besarnya biaya. Itu karena memang paradigmanya berbeda. Selama ini barangkali pihak pemerintah memandang pembuatan buku seperti membuat pisang goreng. tetapi lupa bahwa penulisan buku sejarah lokal jelas butuh dana besar terutama untuk proses penelitian. Maka wajar jika banyak pihak terkejut kejut."

Pada kesempatan itu Tjahjono Widarmanto yang berlatarbelakang sebagai seorang penulis berharap pemerintah Jawatimur mendorong tiap daerah untuk menulis buku identitas sejarahnya. "Dan ini nanti akan dinilai oleh propinsi lalu diberi penghargaan yang layak, " katanya.

Terkait pentingnya penulisan sejarah lokal ternyata mendapat sambutan di hari berikut dari beberapa peserta Rakor antaranya penulis sejarah kelahiran Nganjuk, Harmadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun