Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditakuti oleh peserta didik. Hal ini disebabkan karena pelajaran fisika memuat banyak persamaan dan perhitungan sehingga membuat pelajaran ini dianggap sulit. Untuk menyikapi hal tersebut, guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan lebih menekankan pada pemahaman konsep dasar fisika agar proses pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna. Hal ini sejalan dengan diterapkannya kurikulum merdeka di mana pada kelas X materi fisika yang diajarkan mencakup pengukuran, energi alternatif, dan pemanasan global. Pengurangan materi ini diharapkan dapat membuat peserta didik lebih memahami konsep dasar fisika dan menumbuhkan ketertarikan untuk belajar fisika yang akan diperdalam di kelas XI nantinya.
Penerapan kurikulum merdeka di kelas tentunya tidak sepenuhnya berjalan lancar. Saat ini, peserta didik berada pada masa peralihan dari pembelajaran dalam jaringan ke pembelajaran tatap muka. Beberapa peserta didik terlihat kurang fokus saat mengikuti proses pembelajaran seperti bermain hp, tidak memperhatikan pelajaran, tidur, dan kurangnya antusias peserta didik. Menyikapi hal tersebut, guru merencanakan untuk menerapkan model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan metode diskusi kelompok, presentasi, dan diskusi kelas. PBL merupakan model pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah pada peserta didik selama proses pembelajaran. Melalui penerapan model ini harapannya dapat menumbuhkan keaktifan belajar sehingga peserta didik dapat fokus belajar kembali.
Perencanaan pembelajaran tersebut diterapkan di kelas X E4 SMA N 4 Yogyakarta yang terdiri dari 36 peserta didik dengan materi pemanasan global. Sebelum berkelompok mengerjakan LKPD, guru terlebih dahulu memberikan gambaran sekilas terkait materi kemudian melakukan orientasi terhadap masalah. Selanjutnya pada pertemuan pertama ini, peserta didik secara berkelompok berdiskusi menyelesaikan soal yang telah disediakan pada LKPD dengan mencari informasi dari materi yang sudah disediakan maupun sumber lain yang relevan. Guru berperan menjadi fasilitator dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain diperbolehkan untuk menanggapi. Di akhir pertemuan, guru memberikan penguatan materi dan mengajak peserta didik menyimpulkan bersama materi yang telah dipelajari. Berdasarkan hasil observasi, keaktifan peserta didik pada pertemuan ini sebesar 52,42 %.
Pada pertemuan kedua, guru tetap menerapkan model dan metode pembeelajaran yang sama namun untuk presentasi digant menjadi diskusi kelas. Seperti sebelumnya, peserta didik secara berkelompok menyelesaikan LKPD. Keaktifan diskusi dan kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan LKPD terlihat lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Guru kemudian memandu jalannya diskusi kelas. Masing-masing kelompok terlihat antusias dalam menyampaikan pendapatnya sehingga suasana diskusi kelas menjadi hidup. Berdasarkan hasil observasi, keaktifan peserta didik pada pertemuan kedua adalah sebesar 60,63 %.
Penerapan model pembelajaran PBL dengan metode diskusi kelas pada penelitian ini dapat dikatakan lebih efektif jika dibandingkan dengan metode presentasi berdasarkan hasil observasi yang didapat. Hal ini ditandai dengan adanya antusias dan keterlibatan peserta didik yang lebih besar saat diskusi kelas dibandingkan saat presentasi. Melalui diskusi kelas yang hidup, peserta didik dapat mengungkapkan pendapat maupun menanggapi pendapat peserta didik lain dengan leluasa sehingga materi yang dibahas lebih mudah dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa diskusi kelas dapat dijadikan rekomendasi guru dalam melakukan variasi pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H