Mohon tunggu...
Siwi Amanda Sari
Siwi Amanda Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Surakarta

Saya merupakan mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saya menggunakan situs Kompasiana untuk menyalurkan opini-opini saya yang terkait dengan bidang keahlian saya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apakah Benar? Konsumsi Junk Food Berisiko Besar terhadap Obesitas pada Mahasiswa

13 Januari 2024   10:25 Diperbarui: 13 Januari 2024   11:06 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebiasaan pola makan yang buruk, ditandai dengan konsumsi makanan kaya lemak, gula, dan garam, dapat menyebabkan masalah gizi. Junk food mengacu pada makanan yang memiliki banyak kalori, lemak, gula, dan garam, namun kurang vitamin dan serat esensial. Saat ini, junk food telah menjadi bagian integral dari gaya hidup mahasiswa modern. Junk food sangat diminati oleh kalangan mahasiswa karena junk food memiliki cita rasa yang tinggi dan menimbulkan ketagihan dalam mengonsumsi, kemudahan dalam mengakses, serta harga junk food yang lebih ramah di kantong mahasiswa. Permasalahan obesitas akibat junk food juga timbul karena rendahnya pengetahuan mahasiswa dan sikap acuh terhadap risiko konsumsi junk food berlebih. Obesitas ditandai dengan penumpukan jaringan lemak tubuh secara berlebihan hingga melebihi berat badan biasanya. Obesitas timbul karena adanya disparitas asupan energi dari makanan yang melebihi pengeluaran energi oleh tubuh. Obesitas merupakan faktor predisposisi signifikan terjadinya penyakit degeneratif parah. Obesitas merupakan masalah mendesak yang berkembang pesat baik di negara maju maupun berkembang.

Berkat kemajuan dan kecanggihan teknologi di era sekarang ini, semakin banyak variasi junk food yang memikat selera, sangat mudah sekali untuk dikonsumsi karena tersedia secara luas dan mudah diperoleh seperti melalui aplikasi online. Disamping rasanya yang lezat, kebiasaan makan junk food berlebih akan memiliki dampak buruk untuk kesehatan tubuh. Saat ini telah banyak mahasiswa yang tidak dapat menghindari kebiasaan mengonsumsi junk food yang dapat memeberikan efek buruk bagi kesehatan. Tidak banyak diketahui bahwa junkfood juga mengandung kandungan berbahaya diantaranya zat aditif yang umumnya digunakan untuk menjaga mutu makanan agar tetap terjaga. Junk food mengandung lemak jenuh, gula yang tinggi, serta sodium yang merupakan bagian dari darah yang dapat memicu hipertensi. Mengonsumsi junk food secara sering memiliki efek yang mengakibatkan gangguan metabolisme tubuh, termasuk obesitas atau kegemukan. Memang benar junk food mempunyai dampak signifikan terhadap sistem metabolisme tubuh. Hal ini disebabkan metabolisme yang buruk menyebabkan nutrisi dalam makanan tidak terserap dengan baik.

Junk food sering sekali disebut dengan makanan ringan, padahal kebanyakan junk food memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi. Perihal ini tidak sejalan dengan sebutan tersebut, nyatanya junk food tergolong makanan berat. Konsumsi makanan yang tinggi kalori seperti junk food menyebabkan kebutuhan gizi mahasiswa tidak tercukupi secara seimbang. Terlebih lagi jika tidak menyeimbangkannya dengan aktifitas fisik yang cukup, tentu semakin meningkatkan risiko terkena obesitas. Berat badan akan semakin meningkat seiring dengan seringnya mengonsumsi junk food. Makanan yang tinggi kalori menyebabkan kebutuhan kalori sehari tidak tersebar merata di makan pagi, siang, malam, maupun snack selingan. Akibatnya seseorang akan mudah merasa lapar tetapi kalori hariannya sudah tercukupi dengan penuh.

Konsumsi makanan tinggi lemak merupakan konsekuensi dari konsumsi junk food. Lemak memiliki peran penting bagi tubuh yaitu mendistribusikan nutrisi dan vitamin ke seluruh tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memiliki kandungan nutrisi serta vitamin yang baik untuk tubuh, maka lemak tidak digunakan dan akan disimpan sebagai cadangan energi. Lama kelamaan apabila semakin banyak cadangan energi menumpuk pada pembuluh darah, serta bagian-bagian tubuh contohnya perut, lengan, serta paha. Selain pada bagian-bagian tubuh tersebut lemak juga akan mengandap di hati, kemudian terakumulasi yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati. Lemak juga dapat menurunkan sensitifitas insulin sehingga mengurangi kemampuan tubuh untuk menggunakan insulin dengan benar akibat sistem metabolisme yang bekerja terlalu berat. Mahasiswa lebih cenderung mengalami obesitas sebagai akibat dari hal ini, yang merupakan salah satu alasan utama yang berkontribusi. Mahasiswa yang rutin mengonsumsi junk food mempunyai peluang lebih besar untuk mengalami obesitas dibandingkan Mahasiswa yang jarang mengonsumsi junk food.

Junk food tidak memiliki kandungan serat dan tinggi karbohidrat, secara langsung akan memproduksi lonjakan konsumsi gula. Konsumsi makanan tinggi gula seperti fruktosa pada junk food yang merupakan jenis gula sederhana yang dimetabolisme oleh hati. Ketika tubuh mengonsumsi banyak fruktosa, maka kemungkinan hati akan kelebihan fruktosa dan kemudian akan diubah menjadi lemak. Ketika fruktosa dikonsumsi dalam jumlah yang besar akan mengakibatkan terganggunya hormon lapar, sehingga akan membuat lapar kembali dan rasa ingin makan terus menerus yang dapat berakibat pada penumpukan lemak di sekitar area perut. Selain itu, apabila seorang mahasiswa sudah terkena obesitas akibat dari konsumsi gula pada junk food akan memicu penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus. Ketika indeks massa tubuh (BMI) seseorang meningkat, kemungkinan tertular diabetes melitus akan meningkat secara linier. Jika dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh normal, mahasiswa yang kelebihan berat badan atau obesitas akan memiliki prevalensi diabetes melitus secara keseluruhan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena mahasiswa tersebut lebih sedikit mengonsumsi junk food dibandingkan mahasiswa yang memiliki indeks massa tubuh normal.

Konsumsi makanan tinggi garam juga tidak baik bagi kesehatan tubuh. Biasanya makanan yang tinggi natrium menyebabkan peningkatan air liur dan sekresi enzim, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan keinginan untuk terus mengonsumsi makanan tersebut. Konsumsi karbohidrat dan lemaklah yang menyebabkan peningkatan asupan kalori, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan hubungan antara kelebihan asupan natrium dan obesitas. Konsumsi garam dalam jumlah tinggi juga menyebabkan peningkatan jumlah cairan yang dikonsumsi akibat rasa haus yang berlebihan, hal ini juga akan berpengaruh pada konsumsi lebih banyak minuman manis. Garam memiliki kemampuan mengikat air, sehingga akan menimbulkan penumpukan air di dalam tubuh. Akibatnya garam dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan membuat perut kembung dan membengkak. Tingginya kandungan natrium dan lemak jahat pada junk food akan mengganggu keseimbangan sodium dan potassium dalam tubuh, sehingga memicu penyakit degeneratif selain obesitas yaitu hipertensi. Natrium mempengaruhi sistem kerja eznim dalam ginjal yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi.

Selain itu, mengonsumsi junk food tidak hanya meningkatkan kemungkinan terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas, namun juga berpotensi menimbulkan penyakit degeneratif lainnya, seperti jantung koroner, stroke, dan kanker. Mengonsumsi junk food bukan hanya sia-sia, namun lama kelamaan juga berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Terdapat banyak cara yang dapat dilakukan mahasiswa agar terhindar dari masalah obesitas. Salah satu caranya ialah memiliki kesadaran akan buruknya konsumsi junk food yang terus menerus. Mahasiswa juga dapat berupaya dengan membatasi konsumsi junk food dalam waktu tertentu. Junk food boleh dikonsumsi asalkan tidak terlalu sering, harus diimbangi dengan konsumsi sayur dan buah, memperbanyak konsumsi air putih, rutin olahraga, serta dapat menerapkan life style yang lebih baik. Konsumsi buah dan sayur sangat penting bagi tubuh karena dapat mengurangi risiko terjadinya gangguan metabolisme tubuh karena kalori yang terkandung tergolong rendah. Selain itu, konsumsi buah dan sayur dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh karena makanan tersebut secara alami mengandung vitamin, mineral, dan serat yang dibutuhkan tubuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun