Di era digital saat ini, teknologi informasi dan media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisah kan dari kehidupan sehari-hari. Berbagai platform komunikasi, baik itu media sosial, blog, podcast, maupun forum online, memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk berbicara dan berbagi informasi dengan audiens yang lebih luas. Namun, kebebasan ini juga membawa tantangan besar terkait dengan etika berbicara dan bermedia. Dalam Islam, etika berbicara dan bermedia sangat diatur melalui ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW.
Dalam menghadapi isu-isu kontemporer seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan penghinaan di dunia maya. Hadis-hadis Nabi memberikan pedoman yang jelas mengenai bagaimana seharus nya seorang muslim menggunakan media dan berbicara dengan bijak.
- Menjaga Kebenaran dalam Berbicara dan Bermedia
Media sosial dan platform digital lainnya memberikan ruang bagi siapa saja untuk berbicara dan menyebarkan informasi. Namun, tidak semua informasi yang beredar di dunia maya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Berita palsu atau hoaks sering kali tersebar tanpa verifikasi yang memadai, yang dapat menyebabkan kerusakan besar dalam masyarakat. Islam sangat menekankan pentingnya menyampaikan kebenaran dan menghindari kebohongan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam bermedia.
Dalil Hadis:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan kita untuk selalu berbicara dengan bijak dan memilih kata-kata yang baik. Dalam konteks media, ini berarti kita hanya boleh menyebarkan informasi yang benar, bermanfaat, dan sesuai dengan kenyataan. Jika kita tidak yakin dengan kebenaran suatu informasi, lebih baik diam daripada menyebarkannya, karena informasi yang tidak benar bisa menyebabkan kerusakan yang sangat besar. Hal ini sangat relevan dengan fenomena hoaks yang sering berkembang di media sosial saat ini.
Dalil Hadis lain:
“Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa jika ia menyebarkan setiap apa yang didengarnya.” (HR. Muslim)
Hadis ini mengingatkan kita agar tidak sembarangan menyebarkan informasi tanpa memastikan kebenarannya terlebih dahulu. Terlebih lagi, di era digital yang serba cepat ini, berita yang tidak diverifikasi dapat tersebar dengan sangat cepat dan menimbulkan kerugian yang besar. Islam mengajarkan agar kita bertanggung jawab atas setiap kata yang kita sebarkan, baik secara lisan maupun tulisan.
- Menghindari Ujaran Kebencian dan Penghinaan
Di media sosial, terkadang kita menemui ujaran kebencian, provokasi, atau bahkan penghinaan terhadap individu atau kelompok tertentu. Hal ini dapat memperburuk hubungan sosial dan memicu konflik antar umat. Dalam Islam, berbicara dengan baik dan menghindari kata-kata yang dapat menyakiti orang lain adalah prinsip yang sangat penting. Ujaran kebencian dan penghinaan jelas bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam.
Dalil Hadis:
“Sesungguhnya seorang Muslim adalah yang selamat lisan dan tangannya dari orang-orang Muslim lainnya.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menegaskan bahwa seorang Muslim sejati adalah orang yang tidak menyakiti sesama Muslim dengan kata-kata atau perbuatannya. Dalam konteks media sosial, ini mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam berbicara dan menghindari komentar yang bisa menyakiti perasaan orang lain. Ujaran kebencian atau penghinaan terhadap orang lain, baik secara pribadi maupun kelompok, adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam Islam.
- Etika Mengkritik di Media Sosial
Media sosial memungkinkan siapa saja untuk mengemukakan pendapat dan memberikan kritik terhadap berbagai hal. Namun, kritik yang tidak disampaikan dengan cara yang baik dan bijaksana dapat menimbulkan perpecahan dan konflik. Islam mengajarkan agar kritik diberikan dengan cara yang konstruktif, tidak merendahkan, dan mengarah pada perbaikan.
Dalil Hadis:
“Sesungguhnya seorang mukmin itu adalah cermin bagi saudaranya. Jika dia melihat sesuatu yang buruk pada saudaranya, maka hendaklah dia memberitahunya dengan cara yang baik.” (HR. Abu Daud)
Hadis ini mengajarkan kita untuk memberikan kritik dengan cara yang penuh kasih sayang dan niat untuk memperbaiki, bukan untuk menjatuhkan atau merendahkan orang lain. Ketika mengkritik seseorang di media sosial, kita harus menghindari kata-kata yang tajam, hinaan, atau serangan pribadi. Kritik yang konstruktif adalah kritik yang membangun dan mengarah pada perbaikan, bukan untuk merusak atau menciptakan permusuhan.
- Menjaga Privasi dan Tidak Mengungkap Aib Orang Lain
Di media sosial, sering kali kita melihat orang-orang yang membagikan informasi pribadi atau bahkan aib orang lain. Islam mengajarkan bahwa setiap individu memiliki hak untuk menjaga privasinya, dan kita dilarang untuk mengungkapkan aib orang lain. Mengungkap aib orang lain di media sosial tidak hanya merugikan orang tersebut, tetapi juga dapat menimbulkan dosa bagi pelakunya.
Dalil Hadis:
“Barang siapa yang menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan pentingnya menjaga aib orang lain. Dalam konteks media sosial, ini berarti kita harus berhati-hati dalam membagikan informasi, terutama jika informasi tersebut menyangkut kehidupan pribadi atau aib orang lain. Islam mengajarkan agar kita menutupi aib sesama Muslim dan tidak membocorkannya, apalagi untuk tujuan mempermalukan mereka di depan umum.
- Bertanggung Jawab atas Apa yang Disampaikan
Di dunia maya, kita sering kali merasa bahwa kita berbicara tanpa harus menghadapi konsekuensi langsung dari perkataan kita. Namun, Islam mengajarkan bahwa setiap kata yang diucapkan, baik itu lisan maupun tulisan, akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Dalil Hadis:
“Sesungguhnya seorang hamba dapat berbicara dengan satu kata yang menyebabkan dia terjerumus ke dalam neraka lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengingatkan kita akan betapa besar dampak dari perkataan, bahkan di dunia maya sekalipun. Setiap komentar atau postingan yang kita buat di media sosial akan dimintai pertanggungjawaban, baik itu perkataan yang baik maupun yang buruk. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam memilih kata-kata yang akan disampaikan, agar tidak menjerumuskan diri kita dalam dosa.
Dapat kita simpul kan bahwa
Etika bermedia dan berbicara sangat penting dalam menjaga ke harmonisan sosial dan kedamaian di masyarakat. Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana seharusnya seorang muslim berbicara dan menggunakan media. Dalam menghadapi isu-isu kontemporer seperti hoax, ujaran kebencian, penghinaan, dan penyebaran aib, kita harus senantiasa mengingat ajaran-ajaran ini. Menjaga kebenaran, berbicara dengan adab, mengkritik dengan cara yang baik, menjaga privasi orang lain, dan bertanggung jawab atas setiap kata yang kita ucapkan adalah prinsip-prinsip yang harus kita pegang teguh. Dengan mengikuti ajaran ini, kita tidak hanya menjaga diri kita dari dosa, tetapi juga turut menciptakan ruang komunikasi yang lebih sehat dan bermartabat dalam masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H