Mohon tunggu...
Cahyaning Siwarka
Cahyaning Siwarka Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan lupa bahagia...

Hanya mengudar rasa dan tidak bermaksud apa-apa, sekedar berbagi cerita yang mungkin serupa...

Selanjutnya

Tutup

Diary

Nawasena Gamadi Teja

2 Februari 2023   12:46 Diperbarui: 2 Februari 2023   12:48 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tak lagi terelakkan. Mengagumi seseorang sebegitu dalamnya sama sekali bukan "gayaku". Dia benar-benar selalu ada dalam imajinasi dan rekaan pikiranku. Kalau memang dia seabstrak itu, mengapa rasanya sangat nyata. Seperti kembali pulang. 

Entah sejak kapan dia hadir. Tiba-tiba dan tanpa aba-aba. Dia menawarkan banyak peran untukku. Sahabat terbaik di pagi yang berembun, pelindung di siang yang terik, pendengar yang melegakan di saat senja, dan tentu saja mimpi terindah di waktu malam. 

Lesung di kedua pipi, mata yang menyipit, serta suara hangatnya ketika berempati pada setiap keluhku, semuanya, dan hanya semua dari dirinya adalah favoritku.

Seumur hidupku, tak pernah sekalipun ku bagi segala sedih dan air mata pada orang-orang sekitar. Tidak heran jika banyak yang beranggapan bahwa aku sulit untuk didekati, terlalu kaku, seolah tidak punya perasaan, dan hal canggung lainnya. 

Aku adalah putri tertua di keluarga kecil kami. Pundakku terbiasa menopang segudang tanggung jawab, maka hidup berdasar ekspektasi orang lain sudah menjadi pekerjaan utamaku. Pada akhirnya aku tumbuh menjadi pribadi yang lebih banyak diam, kurang bisa bergaul, takut akan segala perubahan, tidak kreatif, dan defensif. Satu-satunya kekuatan yang diakui oleh banyak orang dariku adalah ketekunan dan ketabahan. Entah benar atau tidak, yang jelas kedua hal tersebut bisa jadi hanyalah sebuah pertahanan diri. Peluk-cium untuk diri sendiri karena tetap terlihat kuat di depan banyak orang. 

Hai kamu yang kusanjung sedari lama, terima kasih atas segala atensi yang tidak biasa selama ini. Aku tau dan sangat paham jika eksistensimu hanya sebatas ilusi yang hadir di tiap jentikan jari. Bagaimanapun bentukmu, Nawasena Gamadi Teja adalah seorang yang dengan tanpa jera berkelana di senjaku, bersama-sama menuju masa depan lebih cerah. Setidaknya begitulah aku biasa memanggilnya... 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun