Mohon tunggu...
Cahyaning Siwarka
Cahyaning Siwarka Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan lupa bahagia...

Hanya mengudar rasa dan tidak bermaksud apa-apa, sekedar berbagi cerita yang mungkin serupa...

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bukan Homini Lupus

20 April 2022   13:30 Diperbarui: 20 April 2022   13:43 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Semua pasti sepakat bahwa buka bersama adalah bagian dari kelaziman di bulan Ramadhan. Layaknya agenda tahunan, daftar lokasi dan nama para penyemarak acara pun telah rapi berjajar di kalender kebanyakan orang.

Kalau dilihat-lihat sepertinya menyenangkan. Tapi khusus bagiku, sungguh menegangkan. Bukan soal tidak bisa bayar, tapi resah karena pasti merasa tidak nyaman. Bagi yang sudah terbiasa menjadikan kamar sebagai tempat teraman, pasti akan pula merasakan hal sama denganku. Terutama bagi kami yang memang tidak pandai bergaul ini.

Sebenarnya bukan masalah buka bersamanya, tetapi dengan siapa saja acara tersebut akan dihadiri. Kalau lingkupnya orang kantor, aku angkat tangan, alias menyerah hahahahaha.... Hanya karena berada di satu wilayah aktivitas yang sama setiap hari, mau tidak mau ya harus hadir. TIdak ada yang memaksa sih, tapi kok kesan yang tersirat semacam kewajiban sosial ya? Setidaknya begitulah yang tertangkap di sudut pandangku. 

Padahal kalaupun datang, keberadaanku juga tidak banyak memberikan pengaruh signifikan bagi suasana acara. Lantas, buat apa datang? Kembali lagi, ada rasa tidak tenang jika nantinya malah menjadi bahan pembicaraan lantaran dianggap anti-sosial. Belum lagi jika harus menjawab pertanyaan basa-basi, "kenapa kok nggak datang?". Tidak mungkin juga kan, kalau dijawab dengan, "aku nggak suka, aku nggak nyaman." Seketika aku akan jadi orang paling aneh sekantor.

Aaaaah... lelahnya harus memaksakan diri. Ternyata begini rasanya menjadi bagian dari lingkungan sosial. Ternyata begini sulitnya jadi bagian dari masyarakat sosial, dan segala macam bentuk "ternyata" lainnya.

Setiap kali akan memulai hari baru, bertemu orang baru, hadir di lingkungan baru, mendatangi sebuah acara, dan segala hal baru, yang ada hanyalah kegelisahan. Aku seperti seorang anak yang dibesarkan dalam tempurung hangat berlapis emas. Sangat tidak bisa meninggalkan area teramanku yang nyaman. Dunia luar seolah dipenuhi ranjau. Kewaspadaan tingkat tinggi wajib diterapkan demi keselamatan diri.

Adaptasi menjadi hal paling sulit sekaligus perjalanan panjang bagiku. Entah aku yang memang lambat, atau justru orang lainlah yang tidak menganggap hal tersebut sebagai masalah besar.

Sampai saat ini aku masih terus belajar untuk menyesuaikan diri tanpa perlu menyakiti fisik apalagi pikir dan hati. Beruntunglah bagi kalian yang telah memahami sepenuhnya aturan main dari sebuah gim tanpa ujung bertajuk Homini Lupus. Semoga saja proses seumur hidup yang harus kita jalani sebagai manusia serta peran turunannya dalam lingkaran sosial tidaklah harus sekeji istilah latin tadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun