Mohon tunggu...
sivanafirdausy
sivanafirdausy Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa semester 6 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Metode Quantitative Risk Analysis dalam IT Governance : Harapan vs Realitas

16 Maret 2025   23:07 Diperbarui: 16 Maret 2025   23:05 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam era digital yang serba cepat, tata kelola teknologi informasi (IT Governance) menjadi faktor kunci dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan bisnis. Salah satu aspek penting dalam IT Governance adalah manajemen risiko, di mana metode Quantitative Risk Analysis (QRA) menjadi pendekatan utama untuk mengukur dan mengelola ancaman terhadap sistem informasi. Namun, meskipun QRA menjanjikan keputusan berbasis data yang lebih objektif, implementasinya tidak selalu berjalan mulus di dunia nyata.

Apa Itu Quantitative Risk Analysis?

QRA adalah metode analisis risiko yang menggunakan data numerik untuk menilai kemungkinan dan dampak dari suatu ancaman terhadap sistem IT. Proses ini biasanya melibatkan pendekatan berbasis probabilitas, model statistik, dan perhitungan finansial untuk memberikan hasil yang terukur.

Langkah-langkah utama dalam QRA meliputi:

  1. Identifikasi Risiko: Mengumpulkan data mengenai ancaman potensial terhadap sistem IT.

  2. Penilaian Probabilitas dan Dampak: Menggunakan metode statistik untuk menilai kemungkinan suatu risiko terjadi dan dampaknya jika benar-benar terjadi.

  3. Perhitungan Ekspektasi Kerugian: Menggunakan rumus seperti Annualized Loss Expectancy (ALE) untuk menentukan estimasi kerugian tahunan.

  4. Pengambilan Keputusan: Berdasarkan hasil kuantitatif, perusahaan dapat menentukan strategi mitigasi yang paling efektif.

Keunggulan QRA dalam IT Governance

  1. Keputusan Berbasis Data: Mengurangi subjektivitas dalam pengambilan keputusan terkait risiko IT.

  2. Estimasi Finansial yang Jelas: Memudahkan perusahaan dalam merencanakan anggaran keamanan IT.

  3. Membantu Kepatuhan Regulasi: Banyak standar keamanan seperti ISO 27001 dan NIST yang menganjurkan pendekatan kuantitatif dalam manajemen risiko.

Tantangan dalam Implementasi QRA

Namun, di balik keunggulannya, ada beberapa tantangan besar yang sering kali menghambat efektivitas QRA:

  1. Keterbatasan Data AkuratBanyak perusahaan kesulitan mendapatkan data statistik yang cukup valid untuk melakukan analisis yang akurat. Data historis mengenai insiden keamanan sering kali tidak terdokumentasi dengan baik atau bahkan dirahasiakan.

  2. Kesulitan dalam Menentukan ProbabilitasTidak seperti risiko di sektor keuangan atau asuransi yang memiliki data historis yang jelas, ancaman dalam IT sering kali bersifat dinamis dan berubah-ubah. Ini membuat perhitungan probabilitas menjadi spekulatif.

  3. Kebutuhan Sumber Daya yang BesarQRA memerlukan tenaga ahli dengan pemahaman mendalam tentang analisis statistik, keamanan IT, dan manajemen risiko. Sayangnya, tidak semua organisasi memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankan QRA dengan optimal.

  4. Kekakuan dalam Adaptasi terhadap Risiko BaruQRA sering kali bergantung pada model dan asumsi yang sudah ada. Ketika muncul ancaman baru seperti serangan AI atau quantum computing, model yang digunakan mungkin sudah tidak relevan lagi.

Kritik terhadap QRA dalam IT Governance

Meskipun banyak organisasi menerapkan QRA, ada kritik mendasar terhadap efektivitasnya dalam dunia nyata:

  • Overconfidence dalam Data Kuantitatif: Banyak pengambil keputusan terlalu bergantung pada angka tanpa mempertimbangkan faktor kualitatif, seperti motif penyerang atau tren teknologi baru.

  • Tidak Semua Risiko Bisa Dikuantifikasi: Faktor seperti reputasi perusahaan, kepercayaan pelanggan, atau dampak hukum sering kali sulit diukur secara numerik.

  • Model yang Sering Ketinggalan Zaman: Model QRA yang ada saat ini sering kali didasarkan pada dataset lama yang tidak mencerminkan ancaman terbaru.

Alternatif dan Masa Depan QRA

Untuk mengatasi kelemahan QRA, beberapa pendekatan alternatif mulai berkembang:

  1. Hybrid Risk Analysis -- Menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif untuk menghasilkan analisis yang lebih seimbang.

  2. AI dan Machine Learning dalam QRA -- Penggunaan teknologi AI untuk memproses data risiko dalam skala besar dan memprediksi tren ancaman yang lebih akurat.

  3. Continuous Risk Assessment -- Mengadopsi pendekatan berbasis real-time untuk memantau ancaman secara terus-menerus, bukan hanya berdasarkan data historis.

Meskipun Quantitative Risk Analysis menawarkan pendekatan yang sistematis dalam manajemen risiko IT, implementasinya di dunia nyata sering kali menghadapi berbagai kendala. Perusahaan perlu berhati-hati agar tidak terlalu bergantung pada angka tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain yang lebih kompleks dan dinamis. Di masa depan, kombinasi antara metode kuantitatif, kecerdasan buatan, dan pendekatan berbasis konteks akan menjadi kunci dalam pengelolaan risiko IT yang lebih efektif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun