[caption id="attachment_327001" align="alignleft" width="700" caption="Saya bersama Kak Reni dan hadiah voucher belanja (sumber foto Blogdetik)"][/caption]
Dongeng adalah dunia anak-anak, kata Kusumo Priyono, yang dikenal dengan sebutan “Si Raja Dongeng Indonesia”. Mendongeng menurut Kak Kusumo, adalah seni tertua warisan leluhur yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Dongeng merupakan seni penghibur yang paling tua di Indonesia, sebelum masuknya pengaruh budaya asing lewat film dan video. Itu sebabnya, dongeng dianggap sebagai media hiburan yang bernilai luhur sekaligus sebagai media pendidikan yang mudah diterima oleh anak-anak. Dongeng juga mengajari sesuatu kepada anak tanpa menggurui.
Dalam acara #SundaySharing8 (Minggu Berbagi yang ke-8) diadakan oleh BLOGdetik di kantor redaksi Detikcom Jakarta beberapa waktu lalu, juga mengambil topik soal dongeng, tepatnya “Bagaimana Mendongeng Agar Menarik” bersama Kak Reni, atau lengkapnya Reni Rudiyanto. Kak Reni banyak memberikan contoh secara langsung bagaimana menjadi pendongeng yang baik dan benar serta menarik perhatian anak. Yang lebih mengesankan lagi, kak Reni mengatakan bahwa mendongeng dengan memakai alat peraga, tidak mesti mahal, dari barang bekas pun bisa dimanfaatkan.
Kak Reni, kemudian mencontohkan tutup kardus bekas nasi kotak yang terletak di atas meja peserta yang akan dibuang, dimanfaatkan sebagai alat peraga dalam mendongeng. Di atas tutup kardus tersebut, diberi gambar. Kalau tidak bisa menggambar, ambil gambar dan gunting lalu beri warna agar lebih menarik, lalu berceritalah sesuai dengan gambar yang sudah dibuat tadi. Wah….sungguh hebat dan menabjukkan, benar-benar kreatif dan inovatif.
Tidak heran karena kak Reni ini adalah pengelola pendidikan anak usia dini. Beliau mengatakan untuk menjadi orang tua atau pendidik anak usia dini, jangan heran kalau jadi pemulung, karena barang-barang bekaspun bisa dijadikan alat peraga apapun, yang penting harus kreatif. Itu tutur pendongeng yang bertubuh langsing dan cantik ini.
Begitupun mendongeng dengan membacakan buku di depan anak, posisi harus berada di tengah sehingga bisa terlihat dari berbagai arah. Dalam membuka buku, juga harus perlahan-lahan sambil tetap mendongeng. Jangan sekali-kali membuka buku ke halaman berikutnya, tapi mengganggu konsertasi anak yang lagi terfokus pada cerita.
Kak Reni juga menyerukan pada peserta #SundaySharing8 ini, agar berdiri lalu bernyanyi sambil berpelukan saling berganti teman. Masing-masing menyebutkan namanya. Ini mungkin dimaksudkan agar sebelum mendongeng, kita terlebih dahulu saling mengenal satu sama lain. Wah…sangat mengesankan, kita dibawa ke dunia anak-anak. Lucu….tapi asyik juga.
Setelah kak Reni menjelaskan panjang lebar tentang cara mendongeng dengan baik, kami para peserta #ShundaySharing baru sadar bahwa ternyata mendongeng itu tidak mudah, banyak yang harus dipersiapkan sebelum mendongeng. Di antaranya kita harus menguasai dan menghayati isi cerita agar mudah menentukan tinggi rendahnya intonasi suara. Perubahan wajah atau mimik muka disesuaikan dengan tokoh yang ada dalam dongeng yang diceritakan. Mendongeng tentu saja juga harus disesuaikan dengan batas usia anak.
[caption id="attachment_327006" align="alignleft" width="700" caption="Salah seorang peserta, Bang Nur Terbit, nekat maju ke depan membawakan cerita dongeng secara spontanitas. Berani juga ya? (sumber foto Blogdetik)"]
Apa yang dijelaskan Kak Reni, memang ada benarnya. Menurut DR. Abdul Aziz Abdul Majid dalam bukunya “Mendidik Dengan Cerita” (Rosda, 2011), mendongeng juga dapat meningkatkan kreatifitas dan kemampuan mendengarkan anak. Mendongeng salah satu bagian dalam menyampaikan pesan moral dan budi pekerti di kalangan anak-anak sejak usia dini. Diharapkan berdampak di dalam kehidupan perilaku anak sehari-hari. Dongeng dapat berpengaruh pada pembentukan moral dan akal anak, kepekaan rasa, imajinasi dan bahasa.
Oleh karena itu, kata Abdul Aziz, dongeng hendaknya tidak membuat anak-anak takut dan cemas. Jangan sampai dongeng justru mendatangkan mimpi buruk bagi anak yang mendengar. Jangan memilih cerita-cerita yang menyeramkan yang malah membuat anak tidak bisa tidur dengan nyenyak, tidak berani ditinggal sendiri, atau bahkan terbawa dalam mimpi buruk.
Abdul Aziz mengungkapkan, pada tahun pertama TK dan SD, anak belum mampu membaca cerita sendiri dengan baik dan benar, maka tugas orang tua atau guru yang menceritakannya. Orang tua atau gurujika mendongeng jangan lupa pesan moral yang ingin disampaikan diulas lagi diakhir cerita, tapi tetap tidak menggurui.
Nah…..ini sekedar oleh-oleh dari acara #SundaySharing yang ke-8 yang diadakan di kantor redaksi Detikcom Jakarta. Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi orang tua maupun para guru di sekolah. Diakhir acara ini ada sesi tanya jawab, termasuk ada berbagai hadiah menarik. Saya sendiri misalnya, termasuk di antaranya yang beruntung mendapatkan hadiah berupa voucher belanja di Carrefour. Wah….Alhamdulillah senangnya, sudah dapat voucher dapat ilmunya lagi. Rugi deh….kalau tidak ikutan, acaranya gratis lho….dan diadakan sebulan sekali dengan tema yang berbeda-beda dan panitianya juga berbeda-beda.
Terima kasih para panitia #SundaySharing, terima kasih Kek Reni, terima kasih Detikcom dan terima kasih Carrefour. Pokoknya semuanya terima kasih deh………….
[caption id="attachment_327012" align="alignleft" width="700" caption="Kak Reni diapit oleh para penerima berbagai hadiah sebagai peserta aktif bertanya (sumber foto Blogdetik)"]
Salam
Sitti Rabiah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H