[caption id="attachment_235509" align="alignnone" width="300" caption="Siap-siap berlomba ke Ancol (dok Raihan)"][/caption] SETIAP tahun di akhir bulan Maret, seluruh Taman Kanak-kanak (TK) di Kota Bekasi, Jawa Barat berkumpul untuk berlaga di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, tepatnya di Pasar Seni, sebagai titik pusat kegiatan lomba. Ini sudah merupakan tradisi setiap tahunnya. Bukan hanya itu saja, tapi juga merupakan tempat rekreasi yang diimpikan oleh setiap wali murid khususnya wali murid TK. Ajang lomba ini setiap tahunnya diadakan oleh komunitas organsasi profesi guru, yakni Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI), diikuti oleh berbagai sekolah TK dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se-Kota Bekasi yang dikenal dengan kota patriot ini. Tidak lengkap rasanya sebuah TK jika belum mengikuti aiang ini sekalipun lomba dilaksanakan hanya sekali setahun. Sebagai Kepala TK yang memimpin 2 sekolah, yakni TK PAUD RAIHAN dan TK PAUD MUTIARA AL-FALAH, memang agak repot juga sih jika akan mengikuti lomba ini. Selain karena harus menyiapkan transpornya, juga harus menyiapkan anak-anaknya yang akan berlomba, terutama kostumnya yang akan dipakai untuk menari dan bernyanyi. Sedangkan untuk ikut jenis lomba yang lain, hanya menggunakan kostum olah raga saja. Begitu mulai masuk bulan Februari setiap tahunnya, pasti guru-guru yang termasuk pengurus IGTKI ini sudah mulai disibukkan dengan mengadakan rapat dan membuat juknis alias petunjuk teknis untuk ajang lomba di tepi pantai Teluk Jakarta ini. Ketua IGTKI Kota Bekasi, Hj Normah, S.Pd, M.Pd sesudah memprogram untuk setiap tahunnya menggelar lomba dan bertempat di Pasar Seni, Ancol. Pemilihan lokasi ini dianggap sangat strategis. Sebab setelah lomba, para wali murid atau pendamping bisa berekreasi dengan mengunjungi berbagai wahana yang telah ada di tempat tersebut. Berlomba disamping berekreasi itu, sangat menyenangkan sekali apa lagi di tempat ini sudah disiapkan karcis yang sudah didiskon oleh organisasi ke-TK-an ini, dimaksudkan agar seluruh murid dan orang tua murid dapat menikmati seluruh tempat yang sudah tersedia. Tempat-tempat yang sering dikunjungi setelah berlomba yaitu : Sea World, Dunia Fantasi, Gelanggang Samudra, Kereta Gantung Gondola, Pentas Lumba-lumba, Pantai Festival, Pantai Marina dan lain-lain. Sea World Wahana yang paling banyak diminati oleh anak-anak yaitu Sea World, dimana anak-anak bisa melihat berbagai jenis ikan dan sangat aman karena berada di dalam kolam yang tembus pandang. Setiap pengunjung menanti-nanti saat-saat dimana ikan-ikan tersebut diberi makan, ini dimaksudkan juga untuk memotivasi anak yang malas makan. Jika melihat ikan dengan lahapnya memakan makanan yang diberikan, yang akhirnya anak ingin cepat- cepat ikut makan walaupun itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena di dalam tempat tersebut dilarang makan karena takut mengotori obyek rekreasi Sea World Indonesia. Di tempat ini juga anak-anak diperkenalkan kehidupan taman biota laut dan air tawar. Disamping atraksi penyelam dalam kolam memberi makan ikan hiu. Selain itu juga sebagai tempat rekreasi dan konservasi, di sini juga memberikan unsur edukasi dan pengenalan satwa kepada anak-anak maupun orang tua murid dan guru-guru. Jadi tidak hanya sekedar jalan-jalan saja akan tetapi memiliki nilai-nilai pendidikan. Di pintu pertama masuk Sea World, ada kolam ikan Arwana (Osteoglossumsp), terus melihat rombongan ikan Bandeng yang masih kecil-kecil, terus ke kolam Belut, lalu ke tempat Buaya Putih terus dilanjutkan lagi ke kolam ikan Duyung yang konon ceritanya dulu ikan duyung itu berupa separuh manusia. Lalu kita melihat Bintang Laut, Teripang, Kura-kura dan Ikan Hiu. Di tengah-tengah Sea World ini terdapat museum, di tempat ini berbagai biota laut yang telah diawetkan seperti ikan yang berkepala dua, ada ikan Pari Mas yang mana ikan tersebut dijadikan salah satu Ikon Sea World. Pokoknya, suasana di dalam areal yang menyajikan berbagai biota laut ini sangat menyenangkan. Hiburan dan Pendidikan Walau demikian, dalam suatu kurun waktu, Ancol juga tidak luput dari sasaran kritikan yang datang dari komunitas ormas keagamaan. Hal ini karena pengelola Ancol mengizinkan digelarnya sebuah acara peragaan manasik haji secara missal yang melibatkan murid TK. Masyarakat yang kritis tersebut, menganggap tidak pada tempatnya obyek wisata yang terbuka untuk umum seperti Ancol, dijadikan tempat untuk menggelar acara bernuansa religi. Namun terlepas dari semua kekurangan dan kelebihan Ancol itu, bagi kami selaku guru, pendidik anak usia dini, bagaimana pun Ancol sebagai obyek wisata, juga merupakan salah satu sarana hiburan dan pendidikan terutama bagi anak TK. Selain karena lahannya yang luas, wahana permainan yang bervariasi, juga sekaligus sangat membantu para guru untuk memperkenalkan secara dini mengenai lingkungan, alam sekitar, pemandangan laut, biota laut disamping berbagai permainan edukatif lainnya serta seni kepada anak didiknya. Tidak berkelebihan misalnya jika masyarakat, terutama dari kalangan komunitas guru dan pendidik anak usia dini seperti saya, berharap suatu saat pengelola obyek rekreasi ini bisa mewujudkan "Ancol Sebagai Ikon Wisata Edukasi". Salam, Sitti Rabiah email: sittirabiah2011@yahoo.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H