Mohon tunggu...
Sitti Rabiah
Sitti Rabiah Mohon Tunggu... Dosen - Kepala TK & Paud

Dosen S1 PAUD, Senior Childcare Teacher, Kepala TK/PAUD, Penyuluh Pembimbing Kurikulum TK/PAUD, ibu rumah tangga yang mencoba menulis. Email: sittirabiah2011@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita Di Balik Seragam Pramuka Saya

22 Maret 2015   23:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:16 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14270402081322106831

[caption id="attachment_356907" align="alignright" width="333" caption="Saya dalam pakaian seragam Pramuka ketika masih duduk di bangku SMEA Negeri 1 Kota Makassar (foto dok pribadi)"][/caption]

Sabtu dan Minggu adalah hari weekend bagi setiap keluarga. Inginnya jalan-jalan tapi kenapa saya kali ini ingin di rumah aja, maklum ibu rumah tangga yang sehari-harinya numpang tidur di rumah karena sibuk wara-wiri mengajar. Niat Sabtu dan Minggu ini ingin membenahi lemari pakaian yang sangat berantakan. Bagaikan kapal pecah, menurut istilah ibu-ibu jika melihat barang-barang berantakan.

Akhirnya kesampaian juga membenahi lemari. Terutama gantungan yang pakaiannya terlalu berdesak-desak akhirnya membuat posisi pakaian tidak rapi karena bertumpuk-tumpuk. Solusinyaadalah dengan mengeluarkan sedikit pakaian yang agak jarang dipakai. Diantara pakaian yang digantung itu, dengan tidak sengaja saya menemukan pakaian seragam Pramuka.

Langsung saja saya meraih baju Pramuka itu dan menatapnya. Teringat kembali semasa masih aktif sebagai anggota Pramuka di masa SMEA, saat saya masih duduk di kelas satu tahun 1984. Kegiatan Pramuka memang sangat berkesan bagi saya, terutama ketika sudah di SMEA karena banyak kegiatan yang sangat menarik.

Pada saat itu saya masih terhitung siswa baru di SMEA Negeri I Andi Mangerangi, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Saya sendiri ikut kegiatan kepramukaan semenjak saya masih di Sekolah Dasar (SD) dan lanjut lagi semasa di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Ketika sudah di SMEA, kegiatan kepramukaan saya makin aktif. Setiap Sabtu sore selalu ada kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh setiap siswa baik yang baru maupun siswa pindahan. Kegiatan Sabtu sore itu bermacam-macam seperti: belajar tali-temali, smapor, belajar sandi-sandi, latihan menolong orang yang kecelakaan dan lain-lain.

Yang paling saya sukai adalah sekali sebulan kami diundang untuk ikut upacara penurunan bendera di sore hari di kantor Gubernur Sulawesi Selatan, di Kota Makassar. Bukan hanya itu, setiap selesai upacara kami juga diajak untuk sholat Magrib berjamaah lalu makan malam bersama bapak gubernur. Bagi saya itu betul-betul adalah penghargaan besar bagi kami anggota Pramuka.

Ikut Persami

Suatu hari tak kalah senangnya, saat kami diberitahu oleh kakak Pembina Pramuka, dalam hal ini wali kelas kami sendiri. Kakak Pembina mengumumkan kalau Sabtu dan Minggu akan mengadakan perkemahan Persami, atau perkemahan Sabtu-Minggu sekaligus pelantikan untuk kenaikan tingkat menjadi Bantara.

Adapun tempat perkemahan akan diadakan di luar kota yaitu Bumi Perkemahan Kassi, Kabupaten Gowa yang terletak di bagian Selatan kota Makassar. Di Kassi inilah kami benar-benar digojlok untuk jadi anggota Pramuka yang siap menderita, siap menolong setiap orang kapan dan dimana saja berada.

Kami pun berangkat Jum’at siang sepulang dan tiba di lokasi perkemahan sore hari. Rombongan Pramuka berjumlah 60 orang terdiri anggota Pa (putra): 35 orang, dan anggota Pi (putri): 25 orang, kakak pembina 4 orang. Setiap orang membawa bekal dan alat-alat yang sudah disiapkan dari rumah sesuai dengan tugas masing-masing, kecuali kakak Pembina tidak diwajibkan membawa apa-apa karena hanya mengawasi kami saja.Sesampainya di lokasi kami upacara terlebih dahulu, di dalam upacara tersebut kami bagi-bagi tugas, lalu membuat tenda-tenda.

Karena sudah malam, anggota Pi mengumpulkan bahan-bahan makanan mentah yang akan dikelola untuk makan bersama. Seperti beras, ikan asin, mie instan dan lain-lain. Ada yang memasak, ada yang memasang tenda, ada yang mengambil air karena kebetulan kami tidak jauh dari sungai. Ada yang membuat api unggun, ada yang mengadakan pertemuan dengan masyarakat setempat untuk ijin, dan lain-lain.Pokoknya masing-masing sibuk. Tidak ada yang tidak bekerja, semua saling membantu. Wah…..alangkah senangnya waktu itu.

Menjalani Ujian

Tapi tidak begitu gambang jadi anggota Pramuka. Sebelum kami dilantik menjadi Bantara, ujian yang pertama yaitu: kami harus berani tidur dikuburan tua di malam hari. Saya waktu itu betul-betul merasa ragu, apakah saya bisa melalui ujian ini atau tidak? Sebab baru kali ini saya mendapat ujian seperti ini. Malam itu kami bergantian bertugas jaga sampai akhirnya Alhamdulillah sampai juga di pagi hari tanpa mendapatkan rintangan apa-apa.

Ujian kedua yaitu tali-temali, smapor, memecahkan berbagai sandi, membuat tandu, bagaimana menolongorang yang pingsan, menolong orang yang kakinya patah, bagaimana memberikan pertolongan pertama pada orang yang tenggelam, bagaimana menolong orang yang kecelakaan di jalan raya, bagaimana membela diri disaat kita diserang orang yang berniat jahat pada kita dan masih banyak lagi. Alhamdulillah senang sekali pada saat itu karena banyak ilmu yang kita dapatkan, utamanya ilmu menolong sesama manusia, wah….. sangat berkesan.

Tibalah waktunya ujian yang ke tiga yaitu: mengenal berbagai macam tanaman untuk obat. Kita diperintahkan untuk mencari berbagai tanaman, minimal 20 jenis tanaman dan bisa menjelaskan manfaat tanaman tersebut bagi manusia, Ya Allah hebat sekali kegiatan kami pada waktu itu dan takkan kulupakan.

Ujian yang ke empat yaitu: bagaimana caranya kita sebagai anggota Pramuka dan sebagai manusia di muka bumi ini, menjaga dan melestarikan hutan dan lingkungan sekitar dari kepunahan. Semua mencari berbagai tanaman kecil-kecil untuk di tata menjadi taman di depan tenda-tenda. Di samping kita juga mengadakan penghijauan kembali dengan menanam bibit tanaman bersama-sama dengan masyarakat setempat.

Ada cerita heboh. Anggota Pa (putra) yang bernama Sunardi, bukannya menjaga kelestarian hutan, eh ini malah sebaliknya menulis namanya di pohon besar dan kelakuannya itu kepergok oleh kakak Pembina. Langsung deh dia dihukum dan dianggap tidak lulus dalam ujian ke empat ini. Yasayang sekali. Ternyata sekalipun teman kita ini sudah tahu perbuatannya itu salah, tapi kok masih dilakukan juga ya? Yah….namanya manusia tempat salah dan khilaf.

Ujian yang ke lima yaitu: bakti sosial di sekitar lingkungan perkemahan. Sebelum ujian kakak Pembina senantiasa mengingatkan untuk berhati-hati. Agar selalu mengadakan pendekatan yang baik kepada masyarakat setempat, harus pandai-pandai membawa diri.

Ujian yang ke lima ini kita berkelompok karena ujian ini dianggap agak berat jika sendiri-sendiri. Akhirnya dibagilah kita menjadi 12 kelompok yang terdiri kelompok campuran Pa dan Pi. Saya masuk kelompok 10 dimana terdiri 3 orang Pa dan 2 orang Pi. Itulah sekilas pengalaman saya ketika menjadi anggota Pramuka.

(Tulisan ini diikutkan Lomba Blog Guru Blogger Indonesia, bagian I)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun