Dada Ben berdegup kencang. Sama sekali tak diduganya kejutan ini. Dia mengira dirinya telah aman dengan takdir kemenangan sahabat dekatnya, Trump sebagai Presiden AS, meskipun dengan cara menipu habis-habisan masyarakat Islam di AS.
Berita itu juga memperlihatkan bahwa Sekjen Amnesty Callamard menegaskan, PM Ben Netany sekarang resmi menjadi buronan. Keputusan ICC ini membatasi pergerakan Ben. Sebab ia mewajibkan 124 negara anggota ICC untuk menahan Ben dan Gallant jika mereka berdua kedapatan memasuki 124 wilayah negara tersebut.
Mantan Menhan Israel, Yaalon, berkomentar miring, “Apa yang disembunyikan dari kami sesungguhnya adalah bahwa militer kami telah melakukan praktik pembersihan etnis. Tidak ada lagi Beit Lahiya, Beit Hanoun, tanah tersebut dibersihkan dari orang-orang Arab.”
Ben mengganti saluran tivinya. Dia merutuki media yang menurutnya sangat bodoh.
Tanpa dinyana, sebuah media lain sedang menayangkan sejarah wilayah al-Qatamon. Media itu menyebutkan bahwa keluarga Kanaan -dokter senior di RS Bikur Holim- bukan satu-satunya yang rumahnya dijarah Israel. Pada 1948, tentara Israel menyerang daerah al-Qatamon, membuat pemukim yang tinggal di sana terpaksa mengungsi. Dua tahun berlalu, pemerintah Israel mengesahkan “Undang-Undang Properti Tanpa Orang” yang melegalkan pencurian sistematis properti milik warga Palestina di Yerusalem Barat.
Undang-undang tahun 1950 tersebut menyatakan pengungsi Nakba sebagai “orang yang tidak hadir” dan mengizinkan pemerintah Israel untuk mengambil alih properti mereka. Pada 1949, sebuah keluarga Yahudi dari AS datang ke Israel. Mereka tidak punya tempat tinggal. Pada masa itu Yerusalem dipenuhi properti kosong, rumah-rumah warga Palestina yang terusir. Maka, pengurus properti rumah jarahan waktu itu menyerahkan rumah cantik Kanaan kepada keluarga Yahudi tersebut.
Pada akhir 1959 keluarga Yahudi itu akhirnya membeli rumah yang mereka tempati itu. Rumah itu kemudian diwariskan kepada dua putra mereka. Salah satu anak laki-laki mereka kemudian menjual 50 persen saham kepemilikan rumah itu. Sisa 50 persen lagi dimiliki oleh adiknya yang bernama Ben Netany.
Kepala Ben terasa terbakar. Dia pun langsung mematikan televisi dan membungkus badannya dengan selimut, tidur.
Ben Netany terengah-engah berkeringat ketika terbangun. Dia bermimpi bertemu dengan ayahnya yang telah meninggal. Dia seakan berada dalam perburuan yang hampir usai. Dalam pikirannya terus terngiang percakapan dengan ayahnya.
“Ben, aku tahu bahwa kamu ingin melakukan yang terbaik sesuai arahanku. Namun kurasa ini semua terlalu berlebihan,” ungkap Zion Netany lemah. “kini kau dibenci kebanyakan elit dan media massa sayap kiri Israel, bahkan menjadi buronan dunia. Aku malu sebagai profesor sebab saat ini kau seperti itu,”
Ben terhenyak mendengar ujaran ayahnya. “Tapi Ayah, aku punya dasar melakukan ini semua...” sanggah Ben seakan meraung.