PT Pertamina baru-baru ini memberikan pernyataan bahwa pihaknya saat ini melakukan pengembangan penggunaan energi yang lebih bersih melalui bioenergi, sebagai pengganti BBM. SVP Technology Innovation Pertamina, Oki Muriza menyebutkan, untuk mendorong terciptanya sentra ekonomi baru, salah satunya dengan memanfaatkan bahan bakar rendah sulfur seperti bioetanol dan biodiesel. Indonesia sudah menerapkan biodiesel berbasis minyak sawit (FAME/fatty acid methyl ester) yang saat ini implementasinya telah mencapai 35% untuk dicampur dengan BBM (Muliawati, 2024).
Selain itu, Pertamina juga mengembangkan pemanfaatan jelantah untuk bisa dijadikan BBM yang berkelanjutan dan memiliki emisi rendah. Minyak goreng bekas yang potentially menyebabkan penyumbatan di selokan air dan seterusnya, tidak hanya dibuang. Itu bisa dikumpulkan untuk produksi sustainable efficient fuel menurut SVP TI Pertamina dan sedang dikejar Pertamina saat ini (Muliawati, 2024).
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga mengungkap rencana besar untuk 'menyulap' minyak jelantah menjadi bahan bakar pesawat atau avtur. Hal itu dijelaskan saat beliau memimpin Rapat Rancangan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) . Menurutnya, Indonesia sudah bisa melakukan produksi bahan bakar pesawat ramah lingkungan tersebut. Bahan bakar SAF sudah menjadi tren global. Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia juga sudah memulai produksi bahan bakar tersebut (Afriyadi, 2024).
Luhut menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi pasokan 1 juta liter minyak jelantah tiap tahunnya. Sekitar 95% pasokan minyak jelantah itu selama ini diekspor, pasokan besar ini menjadi modal bagi Indonesia untuk memproduksi SAF. Luhut juga menerangkan bahwa Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi sudah melakukan uji coba statis yang sukses dari SAF. Produksi avtur ramah lingkungan itu telah diuji coba untuk digunakan pada mesin jet CFM56-7B. Hal tersebut menurut beliau, membuktikan bahwa produk Pertamina layak digunakan pada pesawat komersil (Afriyadi, 2024).
Dosen Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Universitas Diponegoro, Anggun Puspitarini Siswanto, ST PhD bersama rekan-rekannya juga telah membuat terobosan bahan bakar pesawat dari minyak jelantah. Hal itu sebagai upaya untuk mereduksi emisi gas pemanasan global sekitar 15% di sektor penerbangan, dengan penggunaan bioavtur. Konversi metil ester berbasis minyak goreng bekas menjadi bioavtur melalui proses ozonolisis nano gelembung menurutnya sangat berpotensi untuk dikembangkan. Anggun memakai Fine Bubble Technology (FBT) untuk memotong produk metil ester rantai sedang. Anggun yang telah memiliki 11 paten dan h-index scopus 6 melalui inovasinya ini mengharapkan pertumbuhan investasi terhadap industri-industri baru pengganti bahan bakar fosil (Yulianti, 2024).
Potensi Jelantah di Indonesia
Traction Energy Asia dalam risetnya bersama TNP2K Sekretariat Wakil Presiden Indonesia (2021) menunjukkan bahwa Indonesia punya potensi jelantah lebih besar lagi. Tahun 2019, konsumsi minyak goreng Indonesia menghasilkan 13 juta ton minyak jelantah atau 16,2 juta kiloliter jelantah, tetapi hanya 18,5% (sekitar 3 juta kiloliter) minyak jelantah yang dapat dikumpulkan. Data tersebut menunjukkan bahwa masih sangat banyak limbah minyak jelantah terbuang yang seharusnya dapat dimanfaatkan.
Apabila 16,2 juta kiloliter tersebut dapat dikumpulkan, kemudian dengan perkiraan konversi lima liter minyak jelantah menjadi satu liter biodiesel, maka ada potensi 3,24 juta kilo liter biodiesel dari jelantah yang dapat diproduksi. Dari 3 juta kilo liter minyak jelantah yang terkumpul pada 2019, sebagian besar untuk minyak goreng daur ulang (2,43 juta kiloliter) dan ekspor (184 ribu kiloliter). Hanya kurang dari 570 ribu kilo liter sebagai biodiesel maupun untuk kebutuhan lain. Menurut Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), minyak curah ini 15-20% dari total market share minyak goreng. Data BPS menunjukkan ekspor minyak jelantah Indonesia terus meningkat dari 55.587 ton pada 2014 jadi sekitar 148.383 ton pada 2019 (TNP2K dan Traction Energy Asia, 2021).
Berdasarkan kajian Pusat Studi Energi UGM, harga indeks produksi (HIP) minyak jelantah menjadi biodiesel berkisar antara Rp. 5.000 - Rp. 6.000/ liter. Kajian The International Council for Clean Transportation (ICCT) menghitung biaya produksi biodiesel minyak jelantah Rp. 5.301/ liter. Meskipun biaya konversi biodiesel dari minyak jelantah lebih besar dibanding biaya konversi biodiesel dari sawit, harga indeks produksi minyak jelantah lebih murah dibandingkan CPO (TNP2K dan Traction Energy Asia, 2021). Perbandingan biodiesel pakai sawit dengan HIP mengikuti harga pasar dengan biodiesel jelantah, terdapat potensi penghematan subsidi Rp. 4,2 triliun per tahun (mongabay, 2021).
Saat ini, sudah ada beberapa perusahaan memanfaatkan biodiesel dari minyak jelantah untuk konsumsi sendiri, seperti Cargill, Adaro, Aqua, dan Unilever. Jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. PT. BGR (Persero) juga sudah bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan memiliki titik-titik lokasi pengumpulan minyak jelantah (TNP2K dan Traction Energy Asia, 2021).
Joko Tri Haryanto, Peneliti Madya Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan mengatakan, ada tiga instrumen kebijakan perlu diterapkan untuk memobilisasi pengumpulan minyak jelantah dari sektor rumah tangga, restoran dan kafe. Menurut Joko bisa dimulai dari sektor komersial, seperti hotel, restoran dan sektor sosial seperti sekolah dan rumah sakit. Menurutnya, selama ini pihak-pihak tersebut tidak menolak menyerahkan minyak jelantah (mongabay, 2021).
Pertama, perlu regulasi di pemerintah daerah untuk mendorong para penghasil minyak jelantah menyerahkan limbah jelantah. Kedua, perlu mekanisme insentif dan disinsentif sebagai stimulus. Insentif, menurutnya bisa berupa kebijakan fiskal seperti pemberian diskon pajak hotel dan restoran. Apabila non fiskal, bisa terkait dengan proses pengurusan perpanjangan izin usaha. Ketiga, perlu model bisnis untuk mengelola industri pemanfaatan minyak jelantah dengan sistem sinergi antara pemerintah dan publik seperti organisasi masyarakat sipil, bank sampah atau bank jelantah (mongabay, 2021).
Industri minyak jelantah, menurut Joko, bisa dilakukan oleh BUMD atau bisa juga badan layanan umum daerah. Menurutnya, apabila pemda mewajibkan hasil biodiesel minyak jelantah untuk kendaraan pemerintah maka akan bisa menghemat belanja operasional APBD dan berpotensi menambah pendapatan asli daerah. Pemerintah daerah juga bisa bekerja sama dengan Pertamina untuk mengolah jelantah dengan skema tanggung jawab sosial sehingga bisa menumbuhkan industri baru di daerah (mongabay, 2021). Adapun contoh kebijakan jelantah dari pemda yang telah diberlakukan seperti berikut: Pergub DKI No. 167/2016 tentang pengelolaan limbah minyak goreng dan Perda Kota Bogor No. 1/2014 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Tenny Kristiana, peneliti International Council on Clean Transportation (ICCT) sepakat, program biodiesel minyak jelantah harus diawali dengan kebijakan. Merupakan hal penting untuk memasukkan biodiesel minyak jelantah dalam program insentif. Sentralisasi sistem pengumpulan minyak jelantah baik regional maupun nasional, kampanye atau promosi pengumpulan minyak jelantah juga penting untuk dilakukan (mongabay, 2021).
Menurut Traction Energy Asia, potensi minyak jelantah untuk jadi bahan baku biodiesel di Indonesia sangatlah besar. Meski begitu, masih ada tantangan besar dalam pemanfaatan minyak jelantah yakni diantaranya: proses pengumpulan, tranportasi, pengolahan dan standardisasi kualitas biodiesel minyak jelantah.
Kendala Biodiesel Jelantah Dalam NegeriÂ
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemanfaatan biodiesel berbasis jelantah diantaranya: jelantah mengandung asam lemak bebas dengan konsentrasi cukup tinggi sehingga membutuhkan katalis asam homogen sehingga diperlukan pengembangan teknologi yang efisien dan terjangkau. Diperlukan pula pemetaan potensi bahan baku dan mekanisme pengumpulan dari restoran, hotel dan rumah tangga. Juga perlu penentuan zona pengembangan program karena sebaran lokasi sumber tidak simetris dengan lokasi pengolahan biodiesel. Tantangan utama juga yakni dibutuhkan mekanisme harga beli dan insentif untuk pengembangan biodiesel jelantah karena saat ini baru berfokus insentif berbasis minyak sawit (ebtke.esdm.go.id, 2021).
Menurut Ricky, Manajer Riset Traction Energy Asia (Tribunnews, 2022),  minyak jelantah terbentur tiga permasalahan utama. Pertama karena belum diakui sebagai salah satu sumber energi nasional, maka pengumpulan minyak jelantah secara masif belum bisa dilakukan. Kedua, belum ada insentif untuk minyak jelantah seperti halnya biodiesel dari CPO karena itu perlu dipikirkan proses pemberian insentifnya. Hambatan ketiga adalah terkait teknologi. Sampai saat ini, kata Ricky, UCO masih kesulitan mendapatkan SNI dari pemerintah. Menurutnya, Indonesia perlu belajar dengan negara lain karena penggunaan UCO untuk biodiesel di Eropa sangat masif.
Potensi Penghematan dan Potensi Kerusakan Lingkungan dari BiodieselÂ
Per 1 Januari 2020, pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan Program B30, sebuah program mandatori untuk mencampur 70 persen solar dengan 30 persen biodiesel. Program tersebut menjadi prioritas nasional untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mencapai transisi energi bersih (Tribunnews.com, 2022). Riset ICCT menunjukkan, penggunaan biodiesel B30 mengurangi 30 juta ton emisi CO2. Namun kalau dihitung dari analisis daur hidup sektor hulu (perkebunan sawit) hingga hilir (konsumsi biodiesel), emisi CO2 bertambah sekitar 52 juta ton karena ekspansi lahan perkebunan sawit untuk memenuhi permintaan bahan baku biodiesel (mongabay, 2021).
Pohon sawit menurut Bill Gates hanya tumbuh subur di tempat-tempat yang dilewati garis khatulistiwa sehingga menyebabkan penggundulan hutan untuk mengkonversinya menjadi lahan sawit. Proses ini berdampak buruk bagi perubahan iklim. Pembakaran hutan juga menciptakan emisi. Pada 2018, kehancuran yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup parah hingga menyumbang 1,4% emisi global. Angka itu lebih besar dari seluruh negara bagian California dan hampir sama besarnya dengan industri penerbangan di seluruh dunia, menurut Gates. Sayangnya, Gates mengatakan peran minyak sawit sulit tergantikan (cnbcindonesia, 2024).
Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM Edi Wibowo menjelaskan bahwa apabila Indonesia tidak impor minyak solar sebesar 15 juta kiloliter (kl), jika harganya (per liter) sekitar Rp13.000 dikalikan 15 juta (kl) ketemu angka Rp200-an triliun. Edi menambahkan, pada 2021 Indonesia menghemat devisa hingga Rp 66 triliun berkat program B30. Padahal harga minyak dunia saat itu sedang turun. Artinya dengan harga minyak dunia yang sedang tinggi saat ini, maka uang negara yang bisa dihemat jelas lebih besar (sawitkita.id, 2024).
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menyebutkan bahwa pada pemerintahan Presiden Prabowo pemerintah menargetkan kenaikan biodisel campuran solar sebesar 50% atau B50 dari yang saat ini diterapkan yaitu, B35. Hal tersebut diyakini Presiden Prabowo dapat membuat Indonesia hemat impor hingga 300 triliun rupiah lebih. Namun menurut Wamen, apabila sawit dipakai untuk energi, maka sawit untuk pangan berpotensi menjadi berkurang (cnbcindonesia.com, 2024).
Sawit merupakan sektor pokok unggulan negara karena hampir 60% pasar CPO dunia dari Indonesia. Menurutnya, butuh dua kali lipat produksi kelapa sawit untuk mengejar kebutuhan B50 dan B60. Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) menurutnya perlu dioptimalkan untuk menguatkan produksi kelapa sawit (cnbcindonesia.com, 2024).
Di sisi lain, Kementerian ESDM dalam Tribunnews (2022) menyebutkan bahwa biodiesel dari jelantah dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 11,4 juta ton CO2e dari sektor transportasi. Jika minyak jelantah ini dikelola dengan baik dapat memenuhi 32% kebutuhan biodiesel nasional.
Adapun keunggulan lainnya biodiesel jelantah yaitu dapat menghemat biaya produksi 35% dibandingkan dengan biodiesel dari CPO (crude palm oil) serta mengurangi 91,7% emisi CO2 dibanding solar menurut Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi, Effendi Manurung (ebtke.esdm.go.id, 2021).
Â
Minyak Jelantah Indonesia Banyak Diekspor
A. Pekanbaru
Di Pekanbaru telah ada bank jelantah. Selain itu memang telah ada perusahaan yang melakukan ekspor jelantah, yaitu milik Muhammad Rizky Ramadhan.
B. Jakarta
Dari warga di Jakarta, Tegal dan Yogyakarta, Rumah Sosial Kutub (lembaga sosial yang bergerak mengelola dana zakat, infaq dan shodaqoh) tahun 2022 mengumpulkan 269.334 liter minyak jelantah. DKI naik 78 persen dari tahun sebelumnya, menurut Koordinator Program Tersenyum Rumah Sosial Kutub, Afiq Hidayatullah. Komunitas yang berdiri pada 2018 itu mengumpulkan minyak jelantah melalui sedekah dari warga, seperti Kedaung Kali Angke. Programnya bernama Tersenyum, akronim dari Terima Sedekah Minyak Jelantah Untuk Mereka. Menurut Afiq, minyak jelantah tersebut kemudian diekspor ke negara-negara Eropa seperti Jerman, Belanda dan Italia untuk dijadikan biodiesel. Dana dari hasil penjualan tersebut yang dikelola untuk menyantuni yatim piatu, fakir miskin, dan beasiswa sekolah anak kurang mampu (Tribunnews, 2022).
C. Kalimantan Selatan
Di Kalimantan juga telah ada yang mengumpulkan jelantah untuk diekspor. Nama perusahaannya yakni medanbio.
D. Lampung
Di Lampung ada pengepul minyak jelantah, bernama Bapak Fiki Aswandi yang mampu memberikan harga sangat kompetitif, yakni Rp. 7.500/kg bahkan memberikan bonus bagi pelanggan baru dan jauh lokasinya, dengan harga Rp. 9.000/kg. Apabila pelanggannya mampu mengumpulkan jelantah hingga 2 ton bisa meraih bonus lebih besar yakni bisa mendapatkan harga khusus 11.000-12.000 rupiah per kg. Â Beliau kemudian mengirimnya lagi ke Jakarta untuk kemudian diekspor ke Eropa.
 Â
Pengolahan Dalam NegeriÂ
Beberapa daerah sudah mulai menerapkan pemanfaatan minyak jelantah menjadi biodiesel, yakni seperti di Jakarta, Kota Denpasar, Kota Bogor dan Yogyakarta. Di Bali, sudah ada pabrik daur ulang jelantah jadi biodiesel. Di Bogor, untuk bahan bakar Trans Pakuan. Di Yogyakarta juga ada tetapi sudah tutup.
A. Bantul, DIY
Regional External Communication Danone Indonesia Wilayah Timur, Rony Rusdiansyah mengatakan, program pengolahan jelantah menjadi biodiesel berjalan sejak 2014 melibatkan BUMDes Panggung Lestari Desa Panggungharjo, Bantul, DIY. BUMDes tersebut mengumpulkan minyak jelantah dari warga. Danone kemudian memproduksinya menjadi bahan bakar mesin pabrik pengolahan air mineral dan air berkarbonasi milik Danone di Klaten. Namun program tersebut berhenti pada tahun 2017 hingga 2018, setelah mesin pengolahan baru milik Danone tidak lagi kompatibel dengan biodiesel dari minyak jelantah. Kendati demikian, menurut Rony, warga di Panggungharjo masih mengumpulkan minyak jelantah (tribunnews, 2022).
B. Bali
PT. Bali Hijau Biodiesel telah mengembangkan biodiesel jelantah yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar bus sekolah dan genset di beberapa hotel/resort di Bali. Kapasitas terpasang 360 liter/tahun (ebtke.esdm.go.id, 2021). Yayasan Lengis Hijau melalui unit usahanya PT. Bali Hijau Biodiesel menghasilkan Ucodiesel, jenis B100 khusus olahan jelantah. Di tahun ketiganya, Direktur PT Bali Hijau Diesel, Endra Setyawan mengatakan pabrik ini sudah menghasilkan 500-an ribu liter biodiesel. Harga jual Ucodiesel per Agustus 2016 Rp. 9.500 per liter. Sementara harga solar industri sekitar Rp. 9.000-an per liter (Fajar, 2016).
Biodiesel ini kini sudah mulai dipergunakan di hotel-hotel sebagai pembangkit listrik dan pemanas. Pabrik pengolahan beroperasi sejak Januari 2013 Caritas Switzerland mendirikan sistem daur ulang minyak goreng bekas melalui LSM lokal Yayasan Lengis (lengishijau.or.id, 2024).
Perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan, Sinar Bumi Menghijau juga siap membeli minyak jelantah milik warga Kota Denpasar senilai Rp 5.000 per kg. Pemilik Sinar Bumi Menghijau Rai Bagus Mahaputra mengatakan minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah memiliki nilai ekonomis karena dapat diolah menjadi bahan bakar biodiesel (Sugiari, 2021).
C. Kalimantan
Kelompok swadaya masyarakat di Tarakan Timur berhasil memproduksi biodiesel berbasis minyak jelantah dengan rata-rata produksi 180 L per hari dan dijual dengan harga Rp. 11.000/liter (ebtke.esdm.go.id, 2021).
Bagaimana Mengajak MasyarakatÂ
Cara untuk mengumpulkan minyak jelantah dengan praktis yakni dituang saja ke dalam botol plastik bekas, lalu dikumpulkan ke bank sampah/TPST atau pengepul sampah/petugas mobil sampah keliling, atau perwakilan warga yang dapat mengurusnya. Apabila menginginkan imbal balik, misalnya dapat bonus uang 3.000 per liter, seperti di Jakarta, Yogyakarta, Bali, maka warga dapat membahasnya dalam pertemuan rutin RT/komplek perumahan, sehingga dapat dibuat program bersama. Hal ini justru membuka peluang lapangan kerja baru. Selain itu, pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan insentif.
Rata-rata orang Indonesia umumnya dalam seminggu pernah makan makanan yang digoreng, kecuali bagi yang harus menghindarinya karena alasan medis. Apabila dihitung, sebulan dalam satu keluarga bisa menghabiskan minyak goreng rata-rata 4 liter, lalu seperempatnya menjadi minyak jelantah maka banyak sekali minyak jelantah yang terkumpul. Misalnya sebagai contoh di kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara terdapat 5 kelurahan, 77 RW, 917 RT, 109.509 KK (BPS, 2022). Artinya berpotensi mengumpulkan 109.509 liter hingga 219.000 liter jelantah. Ini baru 1 kecamatan saja.
Perubahan Iklim Membahayakan Beruang Kutub dan Anjing Laut
Para peneliti memperingatkan jika es laut tetap tipis, beruang kutub akan kesulitan bertahan hidup. Jumlah beruang kutub akan berkurang drastis, bahkan bisa sampai pada titik kepunahan dalam 10 tahun ke depan (Kompas, 2024).
Film dokumenter Our Planet – Behind the Scenes, juga telah menunjukkan bagaimana anjing-anjing laut harus berenang terlalu jauh untuk mencari makan dan tempat tinggal mereka. Tentu saja keadaan itu lebih menyulitkan lagi bagi induk anjing laut yang baru saja melahirkan. Bahkan menjadi pemandangan menyedihkan dan mengerikan sebab banyak anjing laut yang harus mati terjatuh dengan tercabik-cabik dari tebing batu dikarenakan terlalu sempitnya habitat yang tersisa bagi mereka. Entah bagaimana, begitu banyak anjing laut terjatuh dari tebing yang sangat tinggi. Menyisakan tangis para peliput film dokumenter tersebut.
     Â
Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Silakan bagi yang ingin memberikan kritik dan saran bisa melalui email: sitti.kinasih@gmail.com
Sumber Pustaka
Afriyadi, A.D. 2024. Pertamina Ungkap Rencana Ubah Minyak Goreng Bekas Jadi BBM. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2024 di https://finance.detik.com/energi/d-7476616/pertamina-ungkap-rencana-ubah-minyak-goreng-bekas-jadi-bbm.
CNBC Indonesia. 2024. Bill Gates Tanpa Ragu Beri Bukti Kiamat, Tunjuk RI. Diakses pada tanggal 14 November 2024 di https://www.cnbcindonesia.com/news/20241026134339-4-583255/bill-gates-tanpa-ragu-beri-bukti-kiamat-tunjuk-ri
cnbcindonesia.com, 2024. Mimpi Prabowo Kembangkan B50, Bisa Hemat Impor Minyak Rp 309,7 T. Diakses pada tanggal 14 November 2024 di https://www.cnbcindonesia.com/market/20241009152627-17-578267/mimpi-prabowo-kembangkan-b50-bisa-hemat-impor-minyak-rp-3097-t
Fajar, Jay. 2016. Cerita Menarik Pengolahan Jelantah Jadi Biodiesel di Bali. Diakses pada tanggal 14 November 2024 di https://www.mongabay.co.id/2016/09/02/cerita-menarik-pengolahan-jelantah-jadi-biodiesel-di-bali/amp/
Kompas. 2024. Perubahan Iklim Bisa Akibatkan Beruang Kutub Punah dalam 10 Tahun. Diakses pada tanggal 30 Juni 2024 di https://www.kompas.com/sains/read/2024/06/17/140000923/perubahan-iklim-bisa-akibatkan-beruang-kutub-punah-dalam-10-tahun
ebtke.esdm.go.id. 2021. Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Biodiesel Berbasis Minyak Jelantah. Diakses pada tanggal ... di https://ebtke.esdm.go.id/post/2021/03/09/2824/peluang.dan.tantangan.pemanfaatan.biodiesel.berbasis.minyak.jelantah
lengishijau.or.id. 2024. Daur ulang Minyak Goreng Bekas menjadi Biodiesel: Memerangi Perubahan Iklim dan Kemiskinan di Bali, Indonesia. Diakses pada tanggal 14 November 2024 di https://www.lengishijau.or.id/id/sejarah-kami/
Mongabay, 2021. Ini Keuntungan Kalau Minyak Jelantah Jadi Biodiesel. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2024 di https://www.mongabay.co.id/2021/01/03/ini-keuntungan-kalau-minyak-jelantah-jadi-biodiesel/
Muliawati, F.D. 2024. Pertamina Siapkan BBM Baru Pengganti Bensin, Bisa Tekan Emisi & Impor! Diakses pada tanggal 20 Agustus 2024 di  https://www.cnbcindonesia.com/news/20240806135838-4-560802/pertamina-siapkan-bbm-baru-pengganti-bensin-bisa-tekan-emisi-impor
Sawitkita. 2024. B40 Bakal Diterapkan, Apa Saja Sih Keuntungannya? Diakses pada tanggal 13 November 2024 di https://sawitkita.id/b40-bakal-diterapkan-apa-saja-sih-keuntungannya/
Sugiari, Luh Putu. 2021. Minyak Jelantah di Denpasar Dibeli Rp5.000/Kg. Diakses pada tanggal 14 November 2024 di https://m.bisnis.com/amp/read/20210518/537/1395114/minyak-jelantah-di-denpasar-dibeli-rp5000kg
Traction Energy Asia. 2021. Paparan Pemanfaatan Minyak Jelantah Untuk Produksi Biodiesel dan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Diakses pada tanggal 3 November 2024 Â di https://tractionenergy.asia/wp-content/uploads/2021/03/Paparan-Pemanfaatan-Minyak-Jelantah-Untuk-Produksi-Biodiesel-dan-Pengentasan-Kemiskinan-di-Indonesia.pdf
Traction Energy Asia. 2023. Laporan Penelitian Minyak Jelantah Jawa Bali. Diakses pada tanggal 3 November 2024 di https://tractionenergy.asia/wp-content/uploads/2023/07/Laporan-Penelitian-Minyak-Jelantah-Jawa-Bali-compressed.pdf
Tribunnews.com. 2022. Pemerintah Perlu Serius Memaksimalkan Minyak Jelantah Sebagai Biodiesel. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2024 di https://www.aprobi.or.id/id/pemerintah-perlu-serius-memaksimalkan-minyak-jelantah-sebagai-biodiesel/
Yulianti, Cicin. 2024. Sulap Jelantah Jadi Bahan Bakar Pesawat, Ini Inovasi Dosen Undip untuk Indonesia. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2024 di https://www.detik.com/edu/edutainment/d-7399743/sulap-jelantah-jadi-bahan-bakar-pesawat-ini-inovasi-dosen-undip-untuk-indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H