B. Jakarta
Dari warga di Jakarta, Tegal dan Yogyakarta, Rumah Sosial Kutub (lembaga sosial yang bergerak mengelola dana zakat, infaq dan shodaqoh) tahun 2022 mengumpulkan 269.334 liter minyak jelantah. DKI naik 78 persen dari tahun sebelumnya, menurut Koordinator Program Tersenyum Rumah Sosial Kutub, Afiq Hidayatullah. Komunitas yang berdiri pada 2018 itu mengumpulkan minyak jelantah melalui sedekah dari warga, seperti Kedaung Kali Angke. Programnya bernama Tersenyum, akronim dari Terima Sedekah Minyak Jelantah Untuk Mereka. Menurut Afiq, minyak jelantah tersebut kemudian diekspor ke negara-negara Eropa seperti Jerman, Belanda dan Italia untuk dijadikan biodiesel. Dana dari hasil penjualan tersebut yang dikelola untuk menyantuni yatim piatu, fakir miskin, dan beasiswa sekolah anak kurang mampu (Tribunnews, 2022).
C. Kalimantan Selatan
Di Kalimantan juga telah ada yang mengumpulkan jelantah untuk diekspor. Nama perusahaannya yakni medanbio.
D. Lampung
Di Lampung ada pengepul minyak jelantah, bernama Bapak Fiki Aswandi yang mampu memberikan harga sangat kompetitif, yakni Rp. 7.500/kg bahkan memberikan bonus bagi pelanggan baru dan jauh lokasinya, dengan harga Rp. 9.000/kg. Apabila pelanggannya mampu mengumpulkan jelantah hingga 2 ton bisa meraih bonus lebih besar yakni bisa mendapatkan harga khusus 11.000-12.000 rupiah per kg. Â Beliau kemudian mengirimnya lagi ke Jakarta untuk kemudian diekspor ke Eropa.
 Â
Pengolahan Dalam NegeriÂ
Beberapa daerah sudah mulai menerapkan pemanfaatan minyak jelantah menjadi biodiesel, yakni seperti di Jakarta, Kota Denpasar, Kota Bogor dan Yogyakarta. Di Bali, sudah ada pabrik daur ulang jelantah jadi biodiesel. Di Bogor, untuk bahan bakar Trans Pakuan. Di Yogyakarta juga ada tetapi sudah tutup.
A. Bantul, DIY