“Bundaaa, gemes banget deh Riyo sama negara-negara Islam nih! Terutama Arab Saudi. Itu mereka punya rencana proyek-proyek supermewah prestisius begitu, tapi negara muslim saudaranya sendiri sedang dapat musibah genosida kok gak berusaha membela ya Bund?!” gerutu Riyo sembari matanya bergantian memandang kearah laptop di depannya dan kearah ibunya yang sibuk menyetrika.
“Iya Nak, bunda juga sama herannya, jadi gak bisa jawab ya...”
“Tapi Bund, ini korban meninggal sudah 24.000 orang lebih bundaaa, kok malah negara tidak kaya, bukan muslim mayoritas, yang malah berani menggugat Israel di Mahkamah Internasional?! Tidak masuk akal! Mereka hampir 80 persen orang Kristen loh Bund, Riyo baca-baca tadi, yang muslim cuma 1,5 persen. Malu Riyo jadi orang Indonesia!!” sambar Riyo yang masih kelas 4 SD itu.
Bundanya tersenyum sambil terus menyelesaikan setrikaan. “Nah, Riyo serius belajarnya, nanti jadi diplomat yang hebat supaya bisa ajak Indonesia membela Palestina di Mahkamah Internasional.”
“Yaelah Bund, kan sudah banyak orang-orang hebat Indonesia.” kilah Riyo.
“Kalau semua berpikir seperti Riyo, kenapa gak ada yang bergerak, barangkali memang semua yang sebetulnya punya kemampuan untuk membela, sedang merasa sibuk. Mereka berpikir, yang lain saja yang melakukan. Yang tersisa hanyalah yang belum punya kemampuan untuk berbuat seperti Afrika Selatan.”
Riyo garuk-garuk kepala. Tiba-tiba terdengar suara bayi menangis sehingga bundanya bergegas ke box bayi. “Nak, boleh minta tolong lanjutkan setrikaan bunda sebentar?”
“Enggak ah Bund, takut salah,” seru Riyo.
“Nah, jangan seperti itu... Riyo kan sudah besar. Dicoba sebisanya dulu. Ngetik pakai laptop saja mahir, masak belajar setrika masih belum mau...” rayu bundanya tidak menyerah. “Lihat anak Palestina yang kemarin itu, dia malahan mengurus adiknya yang masih batita tanpa orangtuanya lho. ”
Riyo masih belum bergeming, matanya masih bergerak mencari-cari berita tentang Palestina dan Israel.
“Riyo sayang, kemarin gimana kata ustadz... ridho Allah terletak pada ridho orangtuanya lho... siapa tahu Riyo kelak besar jadi diplomat hebat beneran dengan ijin Allah gara-gara Riyo baik banget sama bunda dan ayah...” bujuk bundanya lagi sembari tersenyum sangat manis dan mengangguk-angguk lucu.