Sena liburan panjang. Kali ini dia beruntung diajak pergi oleh ayahnya yang harus bekerja di pedalaman. Ayahnya sedang ada tugas meneliti jamur. Rupanya di sana mereka akan bertemu dengan profesor ahli jamur yang mengembangkan berbagai macam jamur untuk penelitian.
Ketika masih dalam perjalanan ke tempat sang profesor, Mycena sudah banyak diberitahu ayahnya bahwa sang profesor ini hebat. Banyak penemuannya yang menjadi alternatif obat penyakit berbahaya contohnya kanker, dan bahkan ada jamur yang bisa mengurai limbah minyak. Dulu sebelum Mycena lahir, ayahnya pernah bertemu sang profesor yang sedang meneliti jamur cahaya. Ayahnya kemudian meneruskan kuliah S2-nya di Jepang. Dia memberi nama anaknya Hikari yang artinya cahaya.
Setelah sampai di lokasi penelitian milik sang profesor, mereka disambut dengan hangat. Sang profesor yang terkejut langsung memeluk ayah Sena. Dia mengajak mereka berdua berkeliling menggunakan motor listrik di lahan percobaannya yang sangat luas. Menurut ayahnya Sena, luasnya sekitar 3 sampai 4 hektar. Satu hektar sama dengan 10.000 meter persegi.
Setelah mereka capek, sang profesor dengan riang mengajak mereka makan-makan. Mereka disuguhi tumis jamur yang lezat, grifola frondosa yang berwarna coklat. Hikari baru kali itu merasakan masakan yang terbuat dari jamur unik, biasanya hanya jamur tiram. Rasanya nikmat sekali.
Kesokan harinya, Sena dan ayahnya diajak masuk ke ruang bawah tanah di laboratorium sang profesor. Disana Sena melihat ada jamur yang bisa bercahaya, hijau berpendar, seperti lampu, indah sekali. Sena melongo seakan melihat tanaman surga dari balik pintu ajaib Doraemon.
Ada pula jamur berwarna ungu, ada yang berwarna biru muda cantik, berwarna kuning, berwarna merah, bahkan ada yang berbentuk seperti otak manusia. Ada juga yang seperti saus strawberi. Kata profesor, jamur yang itu kadang dijuluki gigi iblis. Sena tertarik dengan jamur hijau yang bercahaya. Lantas ia pun menanyakan nama jamur tersebut pada profesor.
Sang profesor menjawab, “Persis dengan namamu Sena, namanya adalah...” belum selesai profesor melanjutkan, ayah Sena sudah mendahului profesor dengan wajah tanpa dosa. “Mychena Chloropos...”
Sena melongo dan akhirnya langsung tertawa.
“Kelihatannya... Ayah yang memberiku nama ini ya?!” Sena melotot pada ayahnya yang juga sedang tertawa.
Profesor ikut tertawa. “Iya, Sena, ayahmu yang memberimu nama Mycena, lalu ibumu yang memberimu nama Hikari. Dulu ayahmu pernah bercerita tentang hal ini.” ujar profesor.