Mohon tunggu...
Sitta Taqwim
Sitta Taqwim Mohon Tunggu... profesional -

Pejalan, pemintal kata, tukang potret, pecinta Bangunan kuno, gunung dan matahari.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Abu Maharaja di Dua Candi

5 Januari 2014   16:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:07 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Jawi tempat menyimpan sebagian abu Kertanegara

Satu kejadian bisa terhubung dengan kejadian lain. Waktu yang bermain. Di Mei 2012, saya singgah di candi Singosari sepulang dari Bromo. Akhir 2013 lalu, saya melewati candi Jawi usai urusan pekerjaan di Pasuruan. Sebuah candi nan ramping yang terletak di kaki gunung Welirang. Ternyata, dua candi itu saling berhubungan dan memiliki kesamaan, keduanya tempat menyimpan abu Kertanegara. Saya baru tahu ketika bertemu seorang pemuda di candi Jawi. Ia bilang rumahnya di dekat candi Singosari dan ia penasaran dengan candi Jawi.

Jujur saja, pengetahuan saya tentang candi sungguh minim. Candi yang pernah saya kunjungi secara ‘serius’ sebatas Borobudur dan Prambanan yang terletak di Jawa Tengah. Itu pun di masa ABG dulu, kala wisata bersama teman-teman SMU. Serius di sini maksudnya menghabiskan waktu sekitar dua jam di area candi, plus mendengarkan ceramah pemandu wisata. :D

Sementara candi-candi di Jawa Timur? Ya baru dua candi, Jawi dan Singosari. Selain untuk memuja para dewa, candi-candi peninggalan kerajaan di Jawa Timur banyak yang berfungsi untuk meruwat raja yang telah meninggal supaya kembali suci dan dapat menitis kembali menjadi dewa.

138891360633876523
138891360633876523

Saya di depan Candi Jawi

13889136461444901367
13889136461444901367

Kalamakara di pintu menuju bilik semedi

13889136711327760201
13889136711327760201

Dua arca berbeda di gerbang candi Jawi, arca di sebelah kiri nampaknya rusak dan hilang sebagian

Siapakah Kertanegara? Ia raja terakhir kerajaan Singosari yang menurunkan raja-raja Majapahit. Empat putri Kertanegara, Tribuhwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi dan Gayatri, semuanya dinikahi oleh Raden Wijaya yang kelak mendirikan kerajaan Majapahit.

Masa pemerintahan Kertanegara adalah masa kejayaan Singosari. Ia sosok raja yang berambisi menyatukan Nusantara di bawah panji Singosari. Ia penguasa Jawa pertama yang mencetuskan ide itu, jauh sebelum Patih Gajah Mada dengan Sumpah Palapa yang tersohor. Kertanegara berani memecat pejabat dan punggawa yang menentang cita-citanya. Keturunan Ken Arok ini menggagas ekspedisi Pamalayu (artinya perang Melayu) demi menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumatra. Tujuannya tak lain untuk memperkuat pengaruh Singosari di selat Malaka yang strategis secara politik dan ekonomi, juga menghadang kekuasaan Mongol yang kala itu hampir menguasai seluruh daratan Asia.

Hasrat Kertanegara untuk menyatukan tak hanya di bidang kuasa wilayah, tapi juga di ranah agama. Ia yang menguasai agama Hindu dan Buddha, menyatukan Hindu aliran Syiwa dengan Buddha aliran Tantrayana. Dalam kitab Pararaton, Kertanegara pun disebut Batara Syiwa Buddha yang bebas dari segala dosa.

13889137061305415791
13889137061305415791

Fasad candi Jawi yang ramping di tengah dan melebar di bawah laksana pinggang seorang putri

13889137401888339101
13889137401888339101

Saya di tubuh candi Jawi yang tersusun atas batu putih

13889137782066427779
13889137782066427779

Tangga curam nan sempit menuju peraduan terakhir Kertanegara

Candi Jawi diduga dibangun pada dua masa pemerintahan kerajaan, Singasari dan Majapahit. Pembangunan struktur benteng dan kolam parit yang mengelilingi candi diperkirakan dibangun pada masa Majapahit. Candi ini mengalami dua kali pemugaran, di periode 1938-1941 oleh Oudheidkundige Dienst dan kemudian disempurnakan oleh pemerintah Indonesia dalam kurun 1975-1980.

Candi ini selain sebagai tempat menyimpan sebagian abu Kertanegara yang wafat di 1292 akibat pemberontakan Jayakatwang, juga digunakan sebagai tempat ibadah alias pradaksina. Lazimnya, candi untuk peribadatan menghadap ke arah gunung yang diyakini tempat bersemayam para dewa. Uniknya, posisi candi memunggungi gunung Penanggungan, bukti pengaruh ajaran Buddha.

Bukti akulturasi Hindu Buddha terwujud pada bangunan candi, dimana kaki candi bercorak Syiwa sementara pundak candi bercorak Buddha. Rupa candi ini ramping serupa dengan candi Prambanan. Kaki candi terbuat dari batu hitam, sementara bagian tubuh candi terbuat dari batu putih. Pada kaki candi terdapat relief yang konon mengisahkan seorang pertapa wanita. Keseluruhan relief di candi ini pahatannya tipis sehingga menyulitkan membacanya. Cara khusus untuk membaca relief ini disebut teknik prasawiya, yaitu berlawanan dengan arah jarum jam. Jujur, saya tak paham kisah-kisah di relief candi. Andai saya arkeolog atau pakar sejarah ya? Hehehe..

13889138172102413278
13889138172102413278

Pahatan di bagian kaki candi yang tak terlalu jelas, nampak di sini wujud gajah sebagai kendaraan kerajaan di masa itu

13889138521073370278
13889138521073370278

Pahatan di kaki candi yang menggambarkan sekelompok perempuan

1388913882862040598
1388913882862040598

Sebuah bilik di tubuh candi Jawi, di depan saya adalah ceruk yoni tempat abu Kertanegara yang di dalamnya terdapat sesaji bebungaan

Di bagian tubuh candi ini ada ruang kosong yang di tengahnya terdapat yoni berukir berisi abu Kertanegara. Menurut kitab Nagarakertagama, di dalam bilik candi dulunya terdapat arca Syiwa dan di atasnya terdapat arca Maha Aksobaya. Disebutkan pula adanya beberapa arca dewa-dewa dalam kepercayaan Syiwa, seperti arca Mahakala, Nandiswara, Durga, Ganesha, Nandi, dan Brahma. Namun kini, tak satupun dari arca tersebut ditemukan di area candi. Arca Durga konon disimpan di Museum Mpu Tantular.

Nagarakertagama juga mengisahkan, pada 1253 Saka tepatnya saat candrasengkala (api memanah hari), candi ini tersambar petir. Saat itu pula arca Maha Aksobaya lenyap. Raja Hayam Wuruk dari Majapahit berduka atas hilangnya arca itu. Setahun usai petir menyambar candi, pembangunan kembali dilakukan dengan menggunakan batu putih. Padahal, kawasan gunung Welirang adalah sumber batu-batu hitam. Konon, batu putih tersebut didatangkan dari daerah pesisir Jawa.

Menariknya, mengapa candi ini ada di wilayah Pasuruan yang jauh dari pusat kerajaan Singosari? Rakyat di wilayah ini nampaknya sangat setia pada Kertanegara dan menganut ajaran Syiwa-Buddha seperti raja mereka. Raden Wijaya, menantu Kertanegara juga sempat bersembunyi di daerah ini saat melarikan diri usai kejatuhan mertuanya akibat pemberontakan Jayakatwang, hingga akhirnya ia mengungsi ke Madura.

1388913927882386740
1388913927882386740

Pahatan kalamakara yang menjaga gerbang menuju bilik semedi berisi yoni tempat abu Kertanegara

13889139521076244496
13889139521076244496

Tangga menuju tubuh candi di bagian atas dijaga oleh arca binatang bertelinga panjang (ada sepasang, namun di foto ini hanya sisi kanan saja)

Candi Singosari adalah candi lainnya tempat separuh abu Kertanegara disimpan. Candi yang bercorak Hindu ini terletak di lembah antara pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Candi Singosari juga disebut candi Menara yang menunjukkan ia merupakan candi tertinggi pada masanya.Bangunan candi ditemukan pada awal 1900-an dalam keadaan sudah rusak, terutama pada bagian puncak atap menara. Pemugaran dilakukan pada 1934 dan selesai tiga tahun kemudian.

13889139821211275819
13889139821211275819

Candi Singosari

1388914013609398121
1388914013609398121

Sebuah penanda tahun restorasi Candi Singosari diguratkan di sudut kanan candi, 1937

Awalnya candi ini terdiri atas satu candi induk dan lima bangunan suci lain. Namun lima bangunan suci tersebut tinggal pondasinya saja dengan arca-arca yang ditemukan di sekeliling candi induk. Sayangnya, arca-arca di sekitar halaman candi tanpa disertai keterangan.

13889140412010673112
13889140412010673112

Candi Singosari tampak depan

138891406730107120
138891406730107120

1388914087329348329
1388914087329348329

Arca di pelataran kompleks candi Singosari yang mungkin perwujudan Durga

1388914110421352810
1388914110421352810

Arca yang nampaknya tatakan dari arca lain

Candi induk menghadap barat dan terdiri atas kaki, tubuh dan kepala candi. Tinggi kaki candi sekitar 2 m dengan disertai selasar. Di atas ambang pintu terdapat kalamakara yang dipahat sederhana. Pahatan dan relief yang sederhana memunculkan dugaan bahwa pembangunan candi ini belum sepenuhnya paripurna.

13889141601534730502
13889141601534730502

Bandingkan kalamakara candi Singosari yang lebih sederhana (kiri) dengan pahatan di candi Jawi (kanan)

Saya mengenang perjalanan ke candi Singosari dua tahun lalu. Waktu itu saya singgah tak sampai setengah jam. Sama seperti candi Jawi, seringkali saya tak pernah lama berada di candi. Alasannya, selain rekan perjalanan yang memburu-buru untuk lekas pergi, kisah-kisah yang terpahat di relief candi tak sepenuhnya saya pahami. Di 2014 ini, saya membikin janji sederhana, mengunjungi 12 candi nusantara dan menuliskan kisahnya di sini. Semoga cita-cita saya yang tak seambisius Kertanegara akan tercapai!

13889141951584072506
13889141951584072506

Mentari di Singosari tiba-tiba tertutup awan

Referensi:

1.Situs candi.pnri.go.id

2.Jelajah Candi Kuno Nusantara, Wiratna Sujarweni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun