Mohon tunggu...
Melki Sitorus
Melki Sitorus Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tidak Ada Reuni atau Tasyakuran 212

21 November 2017   11:20 Diperbarui: 21 November 2017   11:33 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejumlah elemen berencana akan mengadakan reuni atau tasyakuran 212 pada tanggal 2 Desember 2017 bertempat di Monas,  Jakarta. Pertanyaannya adalah apa urgensinya mengerahkan massa seperti itu?  Apa dampaknya bagi citra Islam di Indonesia? Apakah tidak memboroskan uang negara?    Seperti diketahui hanya gerakan 2 Desember 2016 atau dikenal dengan gerakan 212 yang berhasil mengerahkan massa dari berbagai daerah terkait adanya penghinaan terhadap surat Al Maidah ayat 51 oleh Ahok,  sehingga gerakan 212 diikuti manuver lainnya berhasil menumbangkan Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan berbagai catatannya,  termasuk "menghalalkan" penggunaan politik identitas yang waktu itu mengkhawatirkan Jakarta.

Namun,  setelah 212 berhasil dilaksanakan dan pasca "eksilnya" Rizieq Shihab ke luar negeri, aksi-aksi massa tidak pernah berhasil memobilisir jumlah massa secara signifikan,  termasuk walaupun ada ajakan melalui Medsos dari berbagai tokoh Islam didalamnya Rizieq Shihab juga menghimbau, tapi gerakan massa pasca 212 selalu minim diikuti massa. Sebenarnya tidak ada urgensi lagi "mengingat-ingat" gerakan 212, sehingga rencana reuni atau tasyakuran 212 pada 2 Desember 2017 tidak perlu dilakukan. Umat Islam di Indonesia dalam arus mainstreamnya sudah menyadari bahwa mereka mudah menjadi korban tokoh avonturir dan pragmatis,  sehingga mereka tidak akan mudah lagi diajak-diajak unjukrasa yang malah merugikan umat Islam.

Adanya nomor rekening tertentu dan rekening-rekening lainnya yang diikuti dengan kutipan ayat suci atau hadist Nabi Muhammad agar masyarakat mau menyumbang sehingga rencana reuni 212 dapat dilaksanakan, bukanlah contoh perjuangan Islam yang benar,  sebab Nabi Muhammad sendiri tidak pernah meminta-minta untuk mengemis dalam membiayai perjuangannya, melainkan Nabi berjuang dengan kekayaannya dan para sahabatnya, tenaga,  darah dan tentunya hanya mengandalkan bantuan Alloh SWT,  sehingga ada harga diri dan marwah sejati dalam perjuangan Islam sejak dulu. Jika reuni 212 tetap dilaksanakan dengan andalkan "dana sumbangan" akhirnya malah menimbulkan image negatif bahwa telah terjadi komersialisasi gerakan,  apalagi selama ini tidak ada pengumuman siapa saja yang sudah menyumbang,  berapa jumlahnya dan digunakan untuk apa saja  pasca aksi dilaksanakan.

Jika reuni 212 dilaksanakan setidaknya ada tiga dampaknya yaitu pertama,  mencemarkan kredibilitas Islam karena urgensinya sudah tidak ada lagi. Kedua, pamor tokoh-tokoh Islam akan tergerus jika massa yang hadir hanya sedikit,  dan mungkin menimbulkan cibiran "suara atau ajakannya saja tidak didengar komunitasnya, kok memprovokasi orang lain". Ketiga,  memboroskan keuangan negara karena "untuk pengamanan" aksi agar kondusif perlu adanya operasi intelijen dan pengerahan aparat keamanan, dimana biaya yang dikeluarkan untuk hal ini cukup besar. Sekali lagi,  tidak perlu rencana reuni atau tasyakuran 212 karena buang-buang waktu dan mubazir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun