Mohon tunggu...
Melki Sitorus
Melki Sitorus Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kelompok Radikalisme Pakai Cara PKI untuk Membenci NKRI

12 September 2017   13:12 Diperbarui: 12 September 2017   17:40 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir-akhir ini, muncul pergerakan yang rada mirip gerakan ala komunis. Bagaimana modusnya sehingga kita tahu itu metode komunis? Pertama, menebarkan persepsi buruk terhadap pemerintah. Dalam hal ini komunis punya cara hebat. Mereka menghindari perdebatan cara terpelajar. Mereka lebih suka mengangkat issue pribadi lawan politiknya, Contoh bagaimana Aidit Pimpinan PKI menyebut Soekarno sebagai presiden tukang kawin. Dan PKI membuat kebijakan melarang elite partainya kawin lagi.

Ini semacam satire kepada Soekarno. Kedua, PKI pandai menciptakan issue yang bisa memancing emosi rakyat agar membenci pemerintah. Contoh, dulu PKI mengangkat issue bahwa tokoh agama tidak peduli kepada rakyat kecil dan membiarkan mereka kelaparan. Tokoh agama tukang kawin. Memang ketika itu tokoh agama kebanyakan secara ekonomi di atas rata rata rakyat jelata. Targetnya adalah rakyat jelata yang secara nalar tak punya kemampuan berpikir luas agar membenci tokoh agama dan dianggap sebagai antek feodal. Musuh kaum proletar.

Selanjutnya, metodologi ini diterapkan melalui seni propaganda ala komunis dengan menggunakan gerakan hantu yang tak terlacak secara formal maupun informal ada hubungannya dengan partai. Mereka melakukan propaganda sehingga kepalsuan sulit dibedakan dengan kebenaran. Kepalsuan ( HOAX) menjadi alat propaganda yang ditebar terus menerus sehingga orang menjadi percaya itu adalah kebenaran itu sendiri. Ketika ada yang menyampaikan kebenaran, maka justru orang itu dianggapnya palsu. 

Kepalsuan digunakan bukan hanya untuk membodohi rakyat tapi juga sebagai upaya untuk melakukan fitnah dan pembunuhan karakter lawan. Biasanya orang baik menjadi korban fitnah supaya ia tidak menduduki posisi penting di masyarakat atau jatuh dari kekuasaannya. Dengan kepalsuan itu, isu utama dapat dialihkan dengan mudah. Orang digiring untuk membicarakan hal-hal remeh, sementara hal-hal yang terkait dengan kehidupan bersama terbengkalai. Korupsi masif dilakukan, tapi ditolerir karena mungkin sealiran. Pembunuhan dan pengrusakan dianggap wajar karena dianggap bukan golongannya. Anak-anak yatim dan dhuafa di dekat rumahnya dibiarkan kelaparan karena dianggap bukan hanya dia yang wajib mengurusnya.

Dalam konteks Indonesia kini, ada dua bungkus yang biasanya digunakan untuk menutupi kepalsuan.Yang pertama adalah agama. Sepanjang sejarah, agama mengajarkan hal-hal luhur kepada umat manusia, supaya mereka bisa hidup di dalam kebahagiaan dan perdamaian satu sama lain. Karena daya pikatnya yang kuat, agama lalu jadi bungkus paling ampuh untuk menutupi kepalsuan. Ajaran-ajaran luhur agama digunakan untuk membenarkan kepentingan sesaat yang dilumuri kerakusan dan kebohongan. 

Yang kedua adalah kepentingan nasional atau kepentingan rakyat. Dalih ini sering digunakan untuk menutupi kepentingan-kepentingan busuk agendanya. Asing dan aseng mengemuka. Pribumi diidolakan. Ya sifat rasis dibungkus dengan nasionalisme. Padahal, rakyat itu banyak dan beragam. Kedua bungkus ini adalah bungkus-bungkus luhur yang dengan mudah ternodai ketika bersentuhan dengan kepalsuan. Akhirnya, kepalsuan menemukan air segar di tengah orang-orang yang dungu dan malas berpikir. Satu hal yang sering dilupakan bahwa walau orang Indonesia kebanyakan pendidikan rendah namun secara budaya mereka terdidik. Jadi, tidak sulit bagi mereka untuk menentukan mana emas dan mana tembaga. Kepalsuan runtuh di hadapan orang orang yang punya akal sehat.

Memang ada orang terpelajar namun tidak terdidik karena ia sudah terpapar racun radikalisme agama akibat propaganda ala komunisme. Dan itu jumlahnya sedikit sekali atau tidak lebih 5% dari populasi Indonesia. Namun walau segelintir mereka sangat militan dan bisa jadi kayu bakar menciptakan api revolusi. Makanya mereka sadar bahwa mereka tidak akan bisa memenangkan pemilu Demokratis kecuali revolusi. Cara komunis dengan menebar kepalsuan dinilai mereka sebagai strategi yang efektif. Entah dengan jargon agama atau nasionalisme. Itulah yang kini sedang dilakukan beserta koalisinya, targetnya adalah REVOLUSI. Maaf, mungkin Anda bukan komunis. Namun, cara-cara Anda adalah cara komunis...!!!

Sumber: http://redaksiindonesia.com/read/cara-cara-pki-dilakukan-pembenci-nkri.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun