Mohon tunggu...
Siti Zuleha
Siti Zuleha Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

saya suka menonton dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Hipertensi: Si Pembunuh Senyap yang Sering Diabaikan

13 Oktober 2024   15:41 Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:19 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hipertensi, atau yang lebih dikenal sebagai tekanan darah tinggi, merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang sering diabaikan oleh masyarakat. Meskipun dampaknya sangat signifikan, masih banyak yang menganggapnya sebagai hal yang sepele. Menurut data dari World Health Organization (WHO), hipertensi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang mempengaruhi lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia dan menyebabkan 10 juta kematian setiap tahunnya. Prevalensi hipertensi secara global mencapai 22% dari total populasi dunia, di mana dua pertiganya berasal dari negara-negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2025, angka ini akan meningkat drastis hingga mencapai 29%, atau sekitar 1,5 miliar orang dewasa di seluruh dunia akan menderita hipertensi.

Lebih lanjut, hanya 50% dari penderita hipertensi yang tercatat dalam laporan WHO yang mendapatkan pengobatan, dan hanya 12,5% di antaranya yang terkontrol dengan baik. Di Indonesia sendiri, estimasi jumlah penderita hipertensi mencapai lebih dari 63 juta orang, dengan angka kematian akibat hipertensi sebesar 427.218 jiwa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, hipertensi banyak terjadi pada kelompok usia produktif, yakni 31-44 tahun (31,6%), 45-54 tahun (45,3%), dan 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1%, hanya 8,8% yang terdiagnosis, sementara 13,3% dari mereka yang terdiagnosis tidak mengonsumsi obat, dan 32,3% tidak minum obat secara rutin.

Dengan jumlah penderita hipertensi yang sangat besar, Indonesia menempati posisi kelima sebagai negara dengan prevalensi hipertensi tertinggi di dunia. Khususnya di Provinsi Sumatera Barat, berdasarkan data RISKESDAS 2018, prevalensi hipertensi di Kabupaten Padang Pariaman mencapai 10,76%, dengan estimasi penderita sebanyak 65.547 orang. 

Dengan meningkatnya jumlah penderita hipertensi, masalah ini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Penanganan yang lebih serius dan kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini dan pengobatan yang tepat sangat dibutuhkan untuk menekan angka prevalensi dan komplikasi akibat hipertensi.

Penyakit hipertensi dijuluki sebagai "silent killer" atau pembunuh senyap karena seseorang yang memiliki risiko hipertensi terkadang tidak menyadari bahwa dirinya sedang menderita penyakit tersebut. Hipertensi dapat berkembang tanpa gejala yang jelas namun berpotensi menyebabkan komplikasi yang serius seperti penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab hipertensi, mulai dari faktor genetik hingga gaya hidup yang tidak sehat.

Beberapa penyebab utama hipertensi mencakup pola makan yang kurang baik, khususnya konsumsi garam yang berlebihan, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Gaya hidup yang didominasi oleh kegiatan yang lebih banyak duduk dan minim akan aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi. Faktor risiko lainnya yang sangat penting untuk diperhatikan adalah genetik dan usia yang membuat beberapa individu rentan akan kondisi ini.

Meskipun faktor-faktor seperti usia dan genetik tidak dapat diubah, terdapat berbagai cara untuk mencegah risiko terkena hipertensi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadopsi pola makan yang sehat dan seimbang seperti membatasi konsumsi garam cukup dengan 5gram atau berkisar 1 sendok teh per harinya, memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, serta memilih makanan yang rendah lemak dan kaya akan serat merupakan langkah-langkah yang efektif untuk menjaga tekanan darah agar tetap stabil. Selain itu, melakukan aktivitas fisik dan berolahraga secara teratur minimal 30 menit per harinya dengan frekuensi 3-5 kali perminggu secara konsisten akan memberikan manfaat optimal dalam mengendalikan tekanan darah. Serta memeriksakan kondisi kesehatan secara rutin ke fasilitas terdekat.

Hipertensi adalah salah satu ancaman kesehatan yang seringkali terabaikan, namun dampaknya sangat serius bagi kehidupan. Menyadari penyebab dan faktor risikonya, kita dapat mengambil langkah dan tindakan pencegahan yang efektif guna menghindari diri dari penyakit hipertensi. Upaya pencegahan ini tidak hanya bermanfaat untuk individu, tetapi juga dapat mengurangi beban kesehatan di tingkat masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun