Mohon tunggu...
Siti Zulaikha
Siti Zulaikha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswanya

Drakor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Ramadhan Pada NU

7 Juli 2024   08:40 Diperbarui: 7 Juli 2024   18:40 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                                                 Pendahuluan
Ramadhan merupakan bulan suci yang sangat dinanti kadatangannya oleh umat islam, dimana pada bulan tersebut umat muslim menjalankan ibadah puasa dan berbagai amalan ibadah lainya karena mendambakan keberkahan pada bulan tersebut. Pada bulan ramadhan umat islam mengerjakan beberapa tradisi seperti sholat tarawih, dan tadarus alqur’an yang mana sangat dianjurkan oleh syariat islam dalam mengerjakannya. Tradisi adalah suatu kebiasaan yang ada di masyarakat yang telah dilakukan sejak lama dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat secara turun temurun. Dalam karya tulis ilmiah ini akan membahas tentang tradisi apa saja yang dilakukan umat islam saat menyambut kedatangannya bulan suci ramadhan.

Pembahasan

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR Bukhari dan Muslim).


Selain menjalankan ibadah puasa, tarawih, dan tadarus, ternyata ada beberapa tradisi umat islam yang diadakan untuk menyambut datangnya bulan suci ramadhan, antara lain yaitu:
Megengan
Megengan berasal dari bahasa jawa yang artiya ‘menahan’ maksudnya yakni menahan rasa lapar, dahaga, dan hawa nafsu saat menjalankan ibadah puasa. Tradisi megengan pertama kali diadakan pada masa kerajaan Demak sekitar tahun 1500 M yang dibawa oleh wali songo. Acara megengan diawali dengan berziarah ke makam para sesepuh dan tabur bunga (nyekar) yang dilaksanakan setelah waktu ashar, dilanjutkan dengan doa bersama membaca tahlil yang biasanya diadakan di masjid, mushala, langgar atau dari rumah ke rumah dengan membawa makanan yang kemudian setelah selesai membaca doa dibagikan kembali kepada yang semua hadir (Ridho, 2019).
Punggahan.
Punggahan berasal dari kata munggah (bahasa jawa) yang artinya naik, mancat, atau memasuki tempat yang lebih tinggi, maksdunya adalah perubahan kearah yang lebih baik dari bulan sya’ban menuju ke bulan ramadhan. Tradisi punggahan ini tidak jauh berbeda dengan megengan, yakni sama-sama mengirimkan doa kepada para leluhur yang sudah meninggal dunia menjelang kedatangan ramadhan. Tradisi ini diperkenalkan oleh sunan Kalijaga saat menyebarkan agama islam di tanah jawa khususnya Jawa Tengah, yang memiliki tujuan untuk mengingatkan seluruh umat islam bahwa ramadhan akan segera tiba dan mendoakan juga untuk mengirimkan doa kepada orang-orang yang sudah meninggal (Ramadhani et al, 2020).
Padusan
Padusan adalan tradisi menyambut bulan ramadhan dengan cara mandi dengan air matang yang sudah dicampur dengan bahan-bahan khusus tertentu. Tradisi ini memiliki makna membersihkan jiwa dan raga agar bersih secara lahir dan batin. Secara budaya, padusan merupakan tradisi masyarakat membersihkan diri atau mandi besar yang bertujuan mensucikan diri secara lahir dan batin untuk menyambut datangnya hari atau bulan istimewa, seperti bulan ramadhan. Awal tradisi padusan yakni pada masa Sultan Hemengkubuwono I yang mana beliau adalah pendiri kesultanan Yogyakrta pada tahun 1755 M (Syahputri et al, 2024).
Keismpulan
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa banyak sekali bentuk antusiasme menyambut kedatangan bulan suci ramadhan, dan itu ternyata tidak hanya masyarakat muslim saja yang merayakannya namun masyarakat non muslim juga ikut meramaikan tradisi tersebut, sebagai bentuk toleransi sesama warga negara Indonesia, karena indonesia memiliki banyak sekali suku dan budaya, sehingga menyebabkan perbedaan nama tradisi di setiap daerahnya maka berbeda pula cara prnyampaian tradisi tersebut. Walau tidak jarang ada beberapa tradisi dengan maksud yang sama hanya berbeda nama saja. Oleh karena itu, kita sebagai umat islam di indonesia patut untuk mengetahui dan melestarikan budaya tersebut karena itu suatu harta kekayaan bagi negara Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Ridho, A. (2019). Tradisi Megengan Dalam Menyambut Ramadhan. Jurnal Literasosiologi. 1(2),24-25.
Ramadhani, S, A, Z. Abdoeh, M, N. (2020). Tradisi Punggahan Menjelang Ramadhan. AL-MADA. Jurnal Agama, Sosial dan Budaya. 3(1),51-65.
Syahputri, D, N., Nuriza, D. (2024). Tradisi Padusan (PANGIR) Pada Adat Jawa Di Desa Sei Mencirim. RIYADHAH: Jurnal Pendidikan Islam. 2(1),1-3.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun