Mohon tunggu...
Hera Wati
Hera Wati Mohon Tunggu... -

sayangi aku

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dinamika Berpendapat Dalam Negara Demokrasi Antara Berkah dan Musibah

26 Desember 2013   22:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:27 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

UUD kebebasan pers untuk menyempaikan ide dan gagasan  dewasa ini mengalami kemajuan yang mendalam. Akan tetapi kebebasan dalam mengemukakan pendapat tentulah dibatasi dengan etika sopan santun dalam menghargai orang yang kita jadikan obyek pengungkapan pendapat. Inilah terkadang yang menjadi masalah dalam dinamika berpendapat di Negara kita, kebebasan berpendapat disalahgunakan dengan dalih UUD yang ada, etika dan sopan santun diabaikan demi sebuah ide dan pendapat yang ditujukan hanya untu menyerang lawan politik dan sebagainya.

Dinamika berpendapat ini memang seharusnya dihargai jika tidak mengandung motif kepentingan didalamnya, nurani rakyat adalah pendapat yang absolute bagi saya. Dinamika berpendapat menjadi sebuah musibah jika sasaran yang ditembak kuat dari sisi jabatan dan kekuasaan. Dan dinamika berpendapat menjadi berkah paralel apabila yang mengajukan mereka yang berada dalam kursi kekuasaan dan hidup dengan pengawal-pengawal bertangan besi.

Sungguh ironi memang dinamkika berpendapat di Negara ini sudah dibebaskan namun tidak di berikan ruang khusus dalam kemajuanya sampai ketingkat yang diinginkan. Peran media masa, baik cetak maupu elektronik seakan menjadi angin segar dalam kondisi ini. Melalui media masa sitizen journalist berkembang dari waktu ke waktu. Media masa Online pada umumnya menjadi wadah empuk dalam meyamapaikan sebuah ide.

Kita bebas berpendapat tanpa ada cekalan dari mana saja, akun kloningan juga bertebaran makin ramai dengan beraneka opini yang mereka bawa. Apakah ini yang dinamakan Gohost writer ? saya juga tidak begitu memahaminya.

Dinamika berpendapat setidaknya memiliki beberapa akidah yang harus ditaati misalkan :


  • Menjunjung tinggi bihneka tunggal ika, jika keberagaman adalah hal yang biasa dan yang terpenting adalah rasa persaudaraan.


  • Tidak ada pendapat yang 100% benar, karena ilmu danpengetahuan senantiasa berkembang dari masa dengan bermacam jaman.

  • Pro dan kontra dalam berpendapat adalah hal yang wajar tidak seharusnya ada perpecahan hanya dengan alasan pendapat si A tidak layak dan pendapat si B lah yang paling benar.


Kehidapan tanpa perbedaan itu tidak indah kawan, hiduplah dalam beraneka persi dan ide yang sekarang kita temukan. Berbaurlah dalam ribua-an opini yang pedas dan menjengkelkan namun yang terpenting kedamaian hati dalam bersikap dan kedinginan otak dalam berpikir janganlah kita tinggalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun