Bagi kebanyakan orang, tampil cantik adalah sebuah keharusan. Memiliki bentuk tubuh ideal sesuai yang dibayangkan terkadang membuat orang gelap matauntuk terus merogoh kocek dalam-dalam. Di beberapa Negara, operasi plastik justru menjadi hal yang lumrah. Memermak tubuh disana sini agar terlihat semlohai justru dijadikan sebuah prinsip budaya bahwa lebih baik hidup miskin dari pada tidak terlihat cantik maupun tampan.
Jackson Disorder, merupakan suatu penyakit psikis dimana seseorang akan terus merasa tidak bersyukur dengan anugrah tuhan yang telah diberikan. Sehingga, tubuh yang secara fisik terlihat sehat dan baik-baik saja, ingin terus dipermak agar terlihat indah dan baik lagi. Kita tidak merasa asing dengan nama gangguan ini. Awal kata Jackson seperti alert yang mengingatkan kita pada sosok penyanyi luar biasa, khas dengan genre musik dan tariannya, Michael Jackson.
Jackson Disorder tentu menyerang identity self seseorang. Orang mungkin saja baik-baik saja pada umumnya dan masing-masing memiliki diri yang diinginkan (ideal self), diri yang diinginkan orang lain (ought self), serta hal-hal yang memungkinkan diri untuk dilakukan (possible self). Ketika sistem ketiga self tersebut tidak terintegrasi dengan baik, justru menimbulkan suatu gangguan yang menyerang diri orang itu.
Berbeda dengan Jackson Disorder, selalu mempermak bagian tubuh karena selalu terlihat cacat adalah suatu gangguan disosiatif yang juga menyerang identity self. Gangguan ini lebih dikenal sebagai gangguan Dismorfik Tubuh. Tubuh pendrita sangat baik-baik saja, bahkan terkesan negatif dari hal-hal yang membuatnya cacat. Tapi hal itu justru semakin mendorongnya untuk terus melakukan pembenahan sampai tak terhitung jumlahnya. Saking banyaknya, penderita seperti terus dihantui kecacatan pada salah satu atau beberapa bagian tubuhnya. Orang dengan gangguan tipe ini suka menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri di depan cermin, mengambil tindakan yang ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang dipersepsikan, bahkan menjalani operasi plastik yang dibutuhkan.
Satu atau dua-duanya, kedua gangguan ini seringkali menyerang beberapa orang tanpa mengajak si penderita menyadari ketidakberesannya. So, waspada saja. Jangan-jangan anda juga demikian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H