Mohon tunggu...
zainab el hilwa
zainab el hilwa Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunda, Adakah Tuhan Mendengar Doaku?

22 Desember 2014   04:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:46 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bunda,..

Terimakasih untukmu,

Entah apa yang ingin ku ungkapkan atas semua kasih tulusmu.

Bunda..

Jangan bersedih,,,

Jangan lagi menitikkan air mata..

Jangan lagi kau bermuram durja.

Meski aku tak dapat mendengar suaramu,

Aku mampu memahami kata hatimu.

Aku tak pernah menyalahkan Tuhan bunda, tidak…

Aku tak bersedih aku terlahir dengan dua telinga tanpa mampu mendengar suara..

Aku tak bersedih memiliki bibir tak dapat lugas berbicara.

Aku tak bersedih berbeda dengan yang lainnya.

Bunda,

Boleh aku bertanya?

Apa Tuhan punya telinga?

Jika iya, adakah tuhan mendengar doaku?

Meski doaku tak berulas kata, meski bibirku hanya menggumam suara tanpa makna.

Jawab aku bunda..

Apakah ini terlalu rumit untuk kau jelaskan?

Jika Tuhan bertelinga, kenapa ia membiarkanmu terus meratap dalam doa?

Ah iya..

Kenapa aku harus bertanya padamu seperti ini.

Kau tentu bingung menjawabnya seperti apa..

Aku hanya berharap bunda,

Jika tuhan bertelinga,

Aku akan berkata agar ia memberiku dua telinga yang mampu mendengar, bibir yang mampu berbicara, serta kaki yang mampu ku buat berjalan..

Aku ingin mendengar suara bacaan Al-Quran yang kau lantunkan pada telingaku sebelum tidur..

Aku ingin mampu membaca Al-Quran yang sering kau dendangkan..

Aku ingin dapat berjalan, membantu segala aktifitasmu, atau sekedar menggendong tubuhmu kala lelah menyapa…

Jangan bersedih bunda..

Tuhan punya rahasia yang tak pernah kita sangka sebelumnya.

Bersabarlah bunda,

Aku rasa sebentar lagi,

Sedihmu takkan berlarut lebih lama lagi.

Bunda, kakiku dingin sekali, tanganku tak bias bergerak lagi..

Siapakah makhluk di belakangmu itu?

Mengapa dia terus menatapku?

Dia menjulurkan tangannya padaku bunda!

Bunda, berhentilah menangis..

Aku melihat taman indah di atas sana.

Indah sekali bunda,

Bunda,

Tak mengapa ya aku kesana.

Jangan menangis lagi bunda.

Ku mintakan pada Tuhan agar engkau dan ayah dapat bersamaku di taman itu..

Terimakasih bunda,

Aku sangat mencintaimu, meski bibirku beku walau sekedar mangatakan kata hatiku..

Terimakasih ayah, temani bundaku., jangan bersedih..

Tuhan..

Sayangi kedua orang tuaku, sebagaimana mereka berdua menyayangiku..

Pertemukanlah kami kembali di taman surge yang kau janjikan padaku itu..

***

Suara monitor berdenting keras. Jeritan bunda begitu menyayat. Kesedihannya semakin dalam, Azalea, putri keduanya telah mengahadap ilahi. Semua tak berangsur lama ketika nurani bunda mengatakan pasrah pada yang kuasa. Bukan lelah karena hilang asa, tapi, bunda sudah tak sanggup lagi melihat anaknya harus berulangkali operasi semenjak kakinya patah tertabrak kendaraan sewaktu menyeberang sepulang sekolah.

Ayah mulai menitikkan air mata. Kali ini beliau begitu terpukul atas kepergian putri kesayangannya. Firasatnya begitu kuat. Sebelum Azalea menghembuskan nafas terakhirnya, ayah bermimpi giginya tanggal. Sebuah pertanda yang oleh banyak orang dijadikan tafsir ada keluarga yang akan meninggal. Sehari sebelum Azalea masuk ruang ICU, tercium aroma kenanga di setiap sudut rumah. Ternyata, dua hari setelahnya akan banyak kenangan terangkai dengan bunga mawar, sedap malam dan daun pandan penghantar Azalea ke tempat peristirahatan terakhirnya..

Selamat jalan Azalea…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun