Mohon tunggu...
Siti Zahra
Siti Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa semester 1.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Menyikapi FOMO dengan kebahagiaan, apakah bisa?

6 Januari 2025   20:55 Diperbarui: 6 Januari 2025   21:35 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://herminahospitals.com/id/articles/fomo-fear-of-missing-out.html

FOMO atau Fear Of Missing Out, adalah perasaan takut atau cemas ketika seorang individu merasa ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita maupun kegiatan yang menyenangkan---terutama topik yang sedang ramai di kalangan individu tersebut. Di tengah maraknya topik yang terus menerus mengalir, masyarakat semakin gencar untuk tidak melewatkan satupun kegiatan yang ada demi kepuasan pribadi. Namun, sangat disayangkan, keinginan yang semakin besar untuk meraih kepuasan ini justru dapat meningkatkan rasa cemas ketika individu tidak dapat memperoleh hal tersebut. Perasaan itu kemudian berkembang hingga individu merasa bahwa kehidupan orang lain lebih mengasyikkan dibandingkan dengan kehidupan dirinya sendiri. Di sinilah kitaran negatif ini berfungsi hingga menjadi ketergantungan yang sulit untuk ditinggalkan.


Individu yang mengalami FOMO akan mengalami kepuasaan hidup yang rendah dan hasrat akan pemenuhan kebutuhan yang tinggi. Hal ini dapat terjadi seiring perkembangan teknologi menjadi lebih maju dan mudah diakses. Selain itu, tingkat FOMO yang tinggi dapat menimbulkan dampak psikologis pada individu, seperti kecemburuan, perasaan terasing, dan krisis identitas. Orang dengan FOMO tinggi terus-menerus memantau aktivitas orang lain dan mungkin mengabaikan aktivitas pribadi mereka. Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami FOMO ialah obsesi individu akan kehidupan orang lain dan membeda-bedakan dengan dirinya, hal ini membuat individu tidak merasakan kebahagiaan dan lebih sering merasakan emosi yang negatif.


Seorang individu bisa dianggap memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi ketika merasa puas dengan kehidupannya---sering merasakan emosi yang positif dan jarang merasakan emosi yang negatif. Kebahagiaan juga dapat diperoleh dari prestasi pribadi dalam meraih apa yang diinginkan, sehingga memungkinkan individu merasakan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Kebahagiaan memiliki peranan yang signifikan bagi individu yang mengalami FOMO, yaitu rasa takut atau kecemasan yang termasuk dalam kategori emosi negatif. Seseorang yang bahagia adalah individu yang punya semangat hidup, memiliki sikap yang baik, pola pikir yang positif, menghargai kekurangan diri, dan mampu menerima situasi di sekitarnya. Kebahagiaan merupakan perasaan positif yang membantu dalam mencapai kepuasan hidup. Oleh karena itu, kebahagiaan dijadikan sebagai tujuan utama yang ingin diraih oleh setiap orang.


Obsesi terhadap kehidupan orang lain dan kekhawatiran akan tertinggal dari hal-hal baru, justru mengurangi kesempatan dan kemampuan individu untuk merasakan kepuasan dan pada akhirnya untuk mencapai kebahagiaan. Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan tidak berasal dari keinginan, tetapi dari sikap menerima. Salah satu cara untuk menerima adalah dengan tidak menjadikan orang lain sebagai tolak ukur untuk kepuasan dan kebahagiaan pribadi. Jadi, apa yang dapat kita lakukan untuk mengalihkan obsesi kita pada kehidupan orang lain dan rasa takut ketinggalan dari berbagai hal baru?


Lepaskan cengkraman obsesi kita akan kepuasan yang ingin kita raih, karena pada saat itulah justru kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Percayalah, banyak faktor dalam hidup ini yang mengakibatkan kita tidak sepenuhnya bisa mengontrol keadaan. Maka dari itu, berusahalah dengan sungguh-sungguh, fokuslah sepenuhnya pada apapun yang tengah Anda kerjakan, hadirlah sepenuhnya pada setiap detik hidup Anda. Setelahnya, lepaskan dan biarkan alam mengatur selebihnya. Pada intinya, rasa syukur merupakan faktor utama untuk mencapai kebahagiaan. Semakin banyak seseorang menghargai apa yang dimilikinya, semakin kurang ia terpengaruh oleh perasaan negatif seperti depresi, kecemasan, dan rasa cemburu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun