Mohon tunggu...
Siti Zahirah Maulida
Siti Zahirah Maulida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta

Seorang mahasiswa yang terkadang memiliki pemikiran random.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ma, Sebenernya Aku Butuh Mama

12 Juni 2022   21:54 Diperbarui: 13 Juni 2022   02:17 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orang tua di Asia terkadang tidak sadar bahwa kata-kata memiliki pengaruh yang besar terhadap kepribadian anak. Terkadang, ego, gengsi, dan rasa malu yang dimiliki justru berimbas kepada hubungan antara orang tua dan anak dalam kehidupan sehari-hari. 

Sebenarnya saya awam untuk merangkai kata-kata. Tapi begini kira-kira…

Ma, mama apa kabar? Kadang aku mau tanya hal itu ke mama, tapi aku sendiri gengsi. Di keluarga kita, mengucapkan ‘aku sayang mama’ rasanya aneh, mungkin karena keluarga kita gak biasa untuk mengungkapkan sayang melalui kata-kata. Tapi beneran deh ma, sesekali aku mau mama bilang kalau mama bangga sama aku. Mama sayang sama aku. Aku mau denger itu.

Waktu aku kecil, mama selalu jadi role model aku. Aku selalu pingin jadi seperti mama. Seorang wanita yang hebat, jago masak, jago atur keuangan. Aku selalu berusaha yang terbaik buat bisa bikin mama bangga, tapi kadang yang aku lakukan malah bikin mama kecewa. 

Kenapa kecewa ma? Aku gak sesuai ekspektasi mama ya? Saat nilaiku bukan 100 tapi 60, saat aku menangis karena aku merasa sendiri, saat aku mengalami masa sulit saat remaja. Percayalah Ma, aku juga berusaha. Aku tahu Mama ingin aku jadi anak yang kuat, tapi orang yang kuat pun butuh dukungan Ma.

 Makin dewasa, jarak yang terbentuk juga makin lebar. Aku menjadi pribadi yang tertutup, dan Mama menjadi seseorang yang tiba-tiba saja terasa asing.

 Ma, kadang aku mau, saat aku cerita, Mama menanggapi ceritaku dengan dukungan, dengan senyuman. Bukan dengan “Kamu sih terlalu begini atau begitu”.

Aku minta maaf sering bikin mama kecewa. Aku minta maaf karena aku terlihat selalu main HP, padahal, saat aku bilang aku sedang mengerjakan tugas, aku benar-benar mengerjakan tugas. Sabar sebentar ya, Ma. Nanti rumahnya aku sapu juga kok. 

Seribu maafku emang gak akan cukup untuk menebus semua kesalahan yang pernah aku lakukan ke Mama. Tapi Ma, aku mau Mama tahu kalau aku juga udah maafin Mama. 

Kita deket lagi kayak dulu ya, Ma?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun