Oleh: Syamsul Yakin dan Siti Wardatul Jannah (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah JakartaÂ
Retorika memiliki tiga macam pengertian yang berbeda berdasarkan fungsinya. Pertama, seni berbicara (the art of speech). Kedua, seni membujuk atau memengaruhi pendengar (the art of persuasion) . Dan ketiga, seni menggunakan bahasa secara efektif (the art using language).
Dalam praktiknya, retorika yang umumnya digunakan politisi adalah retorika yang kedua, yakni seni membujuk atau memengaruhi pendengar (the art of persuasion). Retorika ini terlihat dalam bentuk ceramah persuasif yang mereka sampaikan.
Ceramah persuasif seorang politisi adalah ceramah yang berisi pesan dan ajakan kepada audiens untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Pesan-pesan dan ajakan yang disampaikan ini bertujuan untuk memengaruhi audiens. Strategi ini kerap kali digunakan untuk melakukan negosiasi. Â
Seni berbicara membujuk atau memengaruhi sangat penting digunakan dalam konteks ceramah persuasif. Hal ini karena dalam ceramah persuasif, tujuan utamanya adalah untuk meyakinkan pendengar, atau bahkan mengubah pandangan pemilih yang telah mereka pegang selama ini.
Misalnya, seorang politisi menggunakan retorika persuasif untuk menjanjikan penurunan harga pangan, penyediaan pendidikan dan layanan kesehatan gratis kepada masyarakat, dengan syarat mereka mimilihnya sebagai wakil legislatif.
Pada intinya, retorika politisi merujuk pada keterampilan berbicara yang persuasif yang digunakan oleh politisi untuk memperkuat citra diri, menyampaikan visi, dan membentuk padangan masyarakat. Pidato persuasif seorang politisi seringkali terbukti mampu menginspirasi masyarakat, menggerakkan massa, dan bahkan menciptakan sejarah baru bagi suatu negara atau bangsa.
Terkadang, politisi seringkali menggunakan retorika mereka untuk melakukan kampanye negatif terhadap lawan politik, menarik perhatian pemilih dengan menawarkan janji serta program kampanye mereka. Pada akhirnya, politisi memilinta dukungan dari masyarakat dalam pemilihan, baik itu untuk jabatan legislatif maupun eksekutif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H