Mohon tunggu...
Siti Us Bandiyah
Siti Us Bandiyah Mohon Tunggu... Guru - Thalib 'ilmi • Ilmu Quran dan Tafsir • Akuntansi Syariah

Menulis, adalah lembar pengasahan diri dari setiap pengajaran. Ali ibn Abi Thalib ra berpesan, "ikatlah ilmu dengan menuliskannya."

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menghafal-lah, Meski...

7 Februari 2021   14:35 Diperbarui: 7 Februari 2021   14:47 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ustadz yang bersahaja selalu mengingati kami dengan petuah sederhana, tapi.. rasanya menghujam jiwa. Pertanyaan kami tidaklah kemana-mana. Urusan menghafal al-Quran, yang ditekuni bertahun-tahun, masalahnya tidak akan jauh kemana-mana. Beliau telah khatam akan problem-problem yang dihadapi, kami pun akhirnya tersadar dengan diri kami sendiri.

Al-Quran, telah Allah mudahkan dari berbagai sisi. Apapun bangsa dan tanah airnya, ia akan tetap mampu menghafal al-Quran, seluruhnya. Ia menjadi bukti i'jaz, yang membedakan al-Quran dengan kitab-kitab suci yang dimiliki manusia. Sesuai dengan nama yang disandangnya, Al-Quran adalah kitab yang dibaca, baik oleh mata, oleh lisan, oleh telinga, dan oleh hati setiap mukminin.

Maka, ketika pikiran sedang kabur kemana-mana, ingatan rasanya bermasalah. Rasanya sama saja dengan curhat demi curhat teman-teman yang memulai perjalanannya dalam menghafal al-Quran. Menghafal depan, tengah lupa. Menghafal tengah, depan ingat tapi belakangnya lupa. Menghafal belakang, depannya lupa lagi. 

Begitulah tabiat menghafal. Kesiapan hati, kesiapan diri adalah penentu istiqomah tidaknya kita bersama al-Quran. Siapkah diri kita berulang-ulang menghafal ayat yang sama, lalu surah yang sama, juz yang sama hingga seterusnya. Kalau pun sudah hafal, kita pun akan terus mengulang juz demi juz dan surah yang telah kita hafal. 

Maka menghafal-lah meski tidak kunjung hafal. Karena bukan kualitas hafalannya yang tengah kita buru, namun intensitas bersama Quran-lah yang kita cari. 

Maka menghafal-lah meski tidak kunjung hafal. Karena bukan prestasi yang tengah kita tuju, melainkan kedudukan akhir ketika menuju Ilahi. 

Maka menghafal-lah meski tidak kunjung hafal. Karena Al-Quran adalah sumber mata air yang tengah membersihkan puing-puing hati yang telah berkarat. Laksana perintah Kyai yang menyuruh santrinya menimba dengan ember berlubang.

Maka menghafal-lah wahai diri, hingga Allah tetapkan kematian dan  al-Quran menjadi hujjah yang memudahkan. (#NTMS) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun