Karena blog pribadi (blogspot atau wordpress) hanya bisa diakses melalui ponsel, mau tidak mau cuma ini satu-satunya tempat berkeluh kesah (*eleuh). Habis mau gimana lagi, lupa password email utama ternyata merepotkan. Merembet kemana-mana. Ada yang punya pengalaman sama? Kebetulan, saat menjenguk Kompasiana, ternyata ada draft tulisan kecil nan absurd bertengger dari 5 tahun yang lalu! (*amazed)
Isinya ya.. curhatan mahasiswa dan pekerja yang wara-wiri menjadi pengguna transportasi darat di Jakarta. Apalagi dia tinggal di Jakarta Barat, sedangkan tujuan sehari-hari ya kalau ngga Jakarta Selatan, ya.. ujung Depok perbatasan Bogor. Kebayang kan, harus sepagi apa untuk berangkat naik busway waktu itu. Terlebih, sepanjang jalan Daan Mogot-Slipi saja, duhai Rabb.. you know lah.
Kalau sekarang sih, alhamdulillah, Â kereta sudah memudahkan semuanya. Estimasi kedatangan dan keberangkatan cukup akurat. Telat beberapa menit saja, kita sudah tahu harus bagaimana. Informasi makin terbuka dan dapat diunduh melalui gawainya masing-masing. Jakarta makin metropolitan. Jadi, mohon maaf jika isinya lumayan absurd ya. hehe
***
Suatu hari terlintas begitu saja saat mengingat masa itu. Aktivitas wara-wiri melintasi Jl. Daan Mogot pernah menjadi rutinitas yang begitu menyita waktu. Waktu seperti habis untuk sekadar menikmati kepul asap dan deru klakson. Kenapa? Bak kau tak tahu saja, sobat, di lintasan ini saya menghabiskan waktu sejam dua jam di jam-jam sibuk. Apalagi kalau bukan, macet!Â
Saya menghitung semua durasi, dari terminal keberangkatan di Kalideres menuju Terminal Grogol. Di pagi hari tanpa hambatan, waktu tempuh hanya lima belas menit. Tapi, jika saya terlambat 5 menit saja waktu tempuh bertambah dua kali, menjadi 30 menit.
Lantas bertambah lagi jika memasuki jam sibuk sekitar pukul 7. Berapa waktu tempuhnya? Aha, yang benar saja, satu jam habis di jalan hanya dari Kalideres ke Grogol saja! *fiuh. Lumayan untuk menambah jam tidur juga, sih.Â
Sebagai mahasiswi (pada zamannya), tentulah waktu habis di jalan bisa mubazir kalau tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Pepatah bilang, "waktu adalah pedang". Tanpa di-manage dengan baik, waktu bisa saja melukai bahkan membunuh kita semua. Benar, kan? Jadi ya, tidur juga bisa dihitung sebagai pengisi waktu mubazir di dalam bus. Eh, maksudnya membaca buku, tilawah dan muroja'ah. Â
Tiba-tiba terlintas bayangan, kalau-kalau Saya bisa menjadi Walikota di tempat ini, apa yang akan saya lakukan, ya? Ini bukan cita-cita loh, ya. Hanya sekelebat yang datang begitu saja sehabis mengobrol dengan teman-teman magang. Saat menjabarkan Jakarta Barat secara panjang-lebar dan penuh-pepat, tiba-tiba teman saya berseloroh, "cocok jadi Walikota nih, Us." Lalu kami tertawa.
Jika diperhatikan, tata ruang, tata pembangunan dan tata-menata di Jakarta Barat bisa dibilang amburadul. Di pusat kota berdiri Central Park, agak geser ada Taman Anggrek, lalu geser lagi.. makin ke Barat makin menunjukkan pemukiman penduduk yang tampak kumuh. Ada kawasan tertentu yang langganan banjir, ada yang langganan kebakaran. Miris, 'kan? Jelasku waktu itu kepada mereka..Â
Alhamdulillah, tempat saya sih, aman-aman aja. (*elah)