Teori behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan sebuah perubahan tingkah laku yang dapat diukur, diamati, dan dinilai secara konkret. Perubahan tingkah laku dalam belajar disebabkan oleh rangsangan (stimulans) yang menyebabkan atau memulai keinginan murid untuk belajar. Dengan adanya stimulus tersebut, diperoleh sebuah respon dalam bentuk kemampuan anak sesudah melakukan pembelajaran
Tujuan behavioristik:
Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Behavioristik dapat diterapkan pada siswa/i untuk mengetahui bahwa menjadi seorang guru bukan hanya mengamati perubahan tingkah laku dari para peserta didik, namun juga membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan untuk berperilaku positif
Contoh pendekatan behaviouristik:
Salah satu contoh teori behavioristik pada anak SDIT kelas 4 adalah siswa diperintahkan menghafal bilangan dalam bahasa arab (al-‘adad) oleh gurunya, maka siswa tersebut dapat dikatakan belajar jika berhasil menghafal bilangan tersebut, yang berarti dalam hal ini tidak diperhatikan proses siswa tersebut dalam menghafal. Maka yang saat ini perlu diperhatikan adalah kondisi psikologis anak didik karena bisa jadi kemampuan peserta didik dalam menghafal membutuhkan waktu yang lama. Terkait dengan daya ingat pada diri seseorang, terdapat 2 tipe sebagai berikut:
- Memori jangka pendek: jika informasi datang begitu saja, tidak sampai tersimpan
- Memori jangka Panjang: jika mendapatkan sesuatu, maka terdapat pengolahan terutama dalam pembentukan kerangka konsep pemahaman.
Behavioristik dapat diterapkan pada siswa/i untuk mengetahui bahwa menjadi seorang guru bukan hanya mengamati perubahan tingkah laku dari para peserta didik, namun juga membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan untuk berperilaku positif. Jadi dalam proses pembelajaran jangan hanya memandang dari hasil yang tampak pada diri peserta didik, karena dalam pembelajaran yang diutamakan adalah adanya transver value.
Contoh pada anak usia dewasa (tingkat SMP/MTs atau SMA/SMU) biasanya siswa lebih ke arah disiplin waktu dan pro-aktif misalnya, pada saat siswa diberikan penugasan pada pelajaran IPA (science), siswa menyelesaikan tugas serta mampu mengumpulkan tugas tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan. Kedisipinan selain mengubah sikap siswa juga dapat mempengaruhi hasil pengetahuan siswa dalam konteks ini dilihat pada ketepatan penyelesaian tugas sesuai dengan kriteria penugasan yang diberikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H