Ayah, kemarin ujan derasÂ
Langit-langit mulai terlihat karena lubang di atap sana,
Dinding mulai menangis,
Jangkrik enggan mampir karena terlalu bising,Â
Malam ini kita tidur beralas bumi lagi,Â
Angin membawa air mataku menuju rumah Tuhan,Â
Air mata mengetuk pintu,Â
Ia mulai berkata "banyak manusia yang kehilangan rumah akibat ulahnya sendiri, banyak juga manusia kehilangan rumah karena ia terlahir dari keluarga yang tak punya rumah, Tuhan, jika memang rumah tidak dapat kumiliki, kumohon rumahmu selalu terbuka untuk kami"
Ayah, Tuhan tidak pernah menutup rumahnya, ia selalu membukakan pintu.
Mari kita berteduh di sana selamanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H