Mohon tunggu...
Siti Syalwa
Siti Syalwa Mohon Tunggu... Lainnya - semangat

dunia adalah tempat berkeluh kesah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah

13 Februari 2023   20:35 Diperbarui: 13 Februari 2023   20:38 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ayah, kemarin ujan deras 

Langit-langit mulai terlihat karena lubang di atap sana,

Dinding mulai menangis,

Jangkrik enggan mampir karena terlalu bising, 

Malam ini kita tidur beralas bumi lagi, 

Angin membawa air mataku menuju rumah Tuhan, 

Air mata mengetuk pintu, 

Ia mulai berkata "banyak manusia yang kehilangan rumah akibat ulahnya sendiri, banyak juga manusia kehilangan rumah karena ia terlahir dari keluarga yang tak punya rumah, Tuhan, jika memang rumah tidak dapat kumiliki, kumohon rumahmu selalu terbuka untuk kami"

Ayah, Tuhan tidak pernah menutup rumahnya, ia selalu membukakan pintu.

Mari kita berteduh di sana selamanya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun