[caption caption="Sumber Gambar: flora-flowershop.blogspot.com"][/caption]
Bagian yang ke Dua Puluh Delapan : SIAPA DAYANG SUMBI -- tiga
Puteri Dayang Sumbi tersenyum sejenak, memperbaiki kembali duduknya, memandangi kita sekalian :
“Saya ingin membetulkan dongeng rakyat itu, agar bisa di mengerti dan dipikirkan dengan jernih, ada apa gerangan dibalik dongeng itu.” Beliau memandangku, tersenyum
“Di jaman sekarang, semua pasti tahu jika mahluk empat kaki/hewan dengan manusia, tidak bisa bersatu , bahkan mustahil bisa punya keturunan.
Jadi pasti dalam ceritera itu ada sesuatu yang disamarkan, disembunyikan – Ayahanda berusaha menyamarkan kita dari incaran pendatang dari Zerxz yang berusaha menangkap kita, dengan menyebar cerita itu .
Tetapi ilmu pengetahuan pendatang dari Zerxz, sudah jauh lebih maju dari planet Bumi saat itu. Pasti mereka tidak percaya dengan ceritera seperti itu, sehingga mereka tetap mengejar dan memata-matai kita.”
Menata nafas yang memburu, berusaha menenangkan diri, kemudian beliau melanjutkan:
“Mereka juga berusaha mempengaruhi Sang Kuriang, meyakinkan bahwa Dayang Sumbi itu bukan ibundanya, sehingga Sang Kuriang terpengaruh. Jadi dia terus bertekad dengan maksudnya – dan itu harus dihentikan ! “ terdengar tegas ucapan Dayang Sumbi.
“Saya terpaksa menghentikan dengan mempergunakan kekuatan dari Mustika Zerxz dan selendang ini. Akibatnya mengerikan, bukit berguguran, dia celaka terhempas dan tertindih perahu buatannya sendiri. Gunjang-ganjing ini menggemparkan dan terdengar sampai ditelinga ayahanda dikota raja Parahiyangan.” Kulihat Dayang Sumbi tertunduk.
“Beliau mendatangi saya dihutan dan murka, meminta mustika Zerxz, dilemparkan dibuang jauh kedalam jurang yang terjal. Sang Kuriang ditolong oleh ayahanda dan dibawa ke istana untuk disembuhkan.”
“Beberapa waktu sesudah sembuh, bersama ayahanda menemui saya – Sang Kuriang mohon maaf atas kekilafannya, menyembah seperti putera terhadap ibundanya. Kemudian ayahanda dan Sang Kuriang kembali ke istana, karena sebagai putera mahkota, dia harus banyak belajar ilmu keprabon di istana,….” Kulihat Dayang Sumbi menarik nafas panjang.