Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

{ DEAR PPA } : W-A-N-I-T-A , ELEGI Yang Menyapa SATIRE

1 Maret 2015   02:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:01 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_370910" align="aligncenter" width="320" caption="Sumber Gambar: princezzmanzha.blogspot.com"][/caption]

Sahabat,

Pernah kubertanya padamu, apa yang kauketahui tentang Wanita ?

Tentunya jika dilihat dari sudut pandang seorang laki-laki sepertimu
Engkau tersenyum, kaupandangi aku, kemudian memandang jauh
Konon katanya, ,,, begitu katamu kemudian dengan lirih

Wanita itu tercipta dari tulang rusuk pria
Bukan dari kepala, untuk memerintahnya
Bukan pula dari kaki, untuk di tindas atau di injak
Tetapi dari sisinya, untuk mendampingi
Dekat lengannya, untuk dilindungi
Dan … dekat hatinya, untuk di cintai

Aku tertawa waktu itu, sebagai penyembuh ternyata engkau memandang wanita
Sesuai dengan pengetahuan yang kau geluti setiap hari-kah ?

Kemudian kala itu engkau ganti bertanya padaku, seperti apa wanita itu dalam hubungannya dengan pria , menurut pandanganku ?

Sahabat,

Aku akan terus terang mengatakan padamu
Akan kata-kata dari orang bijak yang amat aku sukai, masih ingat ?
Begini katanya, …waktu itu engkau memandangku dengan sedikit tanda-tanya

Laki-laki dan wanita itu laksana dua sayap dari seekor burung
Jika dua sayap itu sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak udara yang setinggi-tingginya
Tetapi jika patah satu dari dua sayapnya , maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.

Waktu itu engkau juga tertawa, seperti tidak setuju dengan pameo itu
Katamu banyak juga orang tetap bisa terbang tinggi, meskipun salah satu sayapnya sudah patah, jelasmu
Aku berpikir dan akhirnya mengangguk, … iya juga, seperti kita sahabatku ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun