[caption id="attachment_366269" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber Gambar: dakuamatmenyintaimu.blogspot.com"][/caption]
Bagian ke Lima Puluh Dua : GANDAMAYIT DARI LANGIT
“Puteri, engkau besok yang hati-hati ya, kakakku pangeran Biru dan aku tidak ingin engkau terluka.” Kata Kuning bersungguh-sungguh
“Iya adikku yang cantik, saya akan sangat berhati-hati. Akan kuingat perkataan bibi Sekar Palupi, meskipun Samudera Laksa bukan petarung yang tangguh, tapi aku harus waspada dengan ajiannya Gendam Segaran.” Kataku, kupeluk puteri yang lembut hati ini.
Ada ketukan dipintu, bibi Lindri dengan beberapa ponggawa masuk akan memberesi semua yang dimeja makan. Sambil membawa minuman untuk malam nanti
Ternyata dibelakang mereka, ada Nyai Gandhes dan Nini Sedah ikut masuk, kedua beliau hanya tertawa melihat banyaknya pernak-pernik yang di bawa bibi Lindri dan para ponggawa itu.
Aku dan Kuning saling pandang dan tidak bisa berkutik, ketahuan makan begitu banyak..
Ketika pintu sudah ditutup, kulihat Nyai Gandhes memandang ke angkasa, awan merah-muda yang cantik berarak dengan lembut gemulai.
“Sepertinya Samudera Laksa tidak berani datang besok. Tetapi Puteri, mulai sekarang siapkan Guntur Geni . Bawa selalu jika ke mana-mana..”
“Apa Buyut Haruna akan turun besok Nyai ?” tanyaku pada Nyai Gandhes.
“Kita lihat saja besok, sepertinya Samudera Laksa sudah ketakutan dulu sebelum tarung jago. Betul seperti kata Sekar Palupi dan panglima Maruta, dia hanya besar mulut saja, kalau dihadapi dan diladeni, dia akan kabur. Kasihan juga ” Nyai Gandhes tersenyum, mungkin beliau teringat sudah mempermainkan perasaan Samudera Laksa tadi.