Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bagimu Bangsaku, Sebuah Ode Satire

4 Agustus 2012   06:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:15 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Veteran,pahlawan bangsa. Gambar:indonesia-raya.tumblr.com

[caption id="" align="aligncenter" width="189" caption="Veteran,pahlawan bangsa. Gambar:indonesia-raya.tumblr.com"][/caption] ( Dari suara hati Veteran yang saya kenal ) Pahlawan , ketika kau genggam hati rapuh ini Dan kau bisikkan senandung syahdu nan lembut Kau berkata nyata : Dewiku, kupersembahkan Jamrud Katulistiwa ini diharibaanmu, dihadapanmu Berdebar Dewi Pertiwi, sedan, runtuh, tertunduk Ah, jamrud ini , yang lama dirindu dan terbelenggu di Angkara, tak berdaya Sekarang ada didepannya kembali, … layak mimpi kiranya Tetapi ketika mata binar sendu itu terbuka redup Memang masih nampak kemilaunya manikam yang terpancar Tetapi kenapa ada beberapa ikatannya , … yang niat melepas, rantas dan kusam ? Terburai ?, Aduh, sayangku … jangan, … aku mohon Ya , pasti kau ! … Wahai si Hitam Hati, … engkaulah sipembuat onar, biang kerusuhan, pengacau tak bernyali Pengeruk permata Bunda , menggerayap kesana – sini , adu domba sebar fitnah dan derita di Jamrud Katulistiwa Tega nian kau hardik nurani, kau koyak kalbu, berai dan porandakan gairah nyata diantara rintih nyanyi dan impian sepanjang warsa. Dikau saudarakau yang munafik, kau hempaskan runtuh , mental anak bangsa ini Tidak adakah setitik kemanusiaan sentuh didenyut nadimu ? Tidakkah kau rasakan, banyak nurani terhenyak , hentak , terluka karena ulahmu ? Sadarlah kau yang sedang alpa, jiwa para pahlawan sedang resah disana dan Bunda Pertiwi-pun menangis rintih … pedih, dan pilu Dan bagimu … Anakku, lihatlah jamrud mentakjubkan ini, … ini Milikmu juga Darahmu, Ragamu, Masa Depan dan Kehormatanmu Tidak adakah geletar binar hasrat didadamu ? Meneruskan perjuangan heroik yang sudah dirintis ? Tegakah kau ksatria muda , melihat permata ini diluluh lantakkan dan diinjak – injak oleh segelintir manusia yang tak bertanggung jawab ? Insan yang tidak mengerti artinya kebanggaan dan tetesan darah yang mengalir disekujur nadi dan seluruh bathinmu ? Anakku, kamu bangsa besar, bermartabat, jangan kau turuti nafsu serakah pengecut-pengecut hina , merasuk dalam dirimu Kau bukan budak, bukan budak nafsu, nafsu rendah seperti yang ada diroman picisan Sejarahmu megah, menggetarkan, menggiriskan seluruh jagad diplanet ini Kau bisa jungkir balikkan alam raya ini , pasti … Pasti akan cengangkan dunia bila kau tegakkan kepalamu, busungkan dadamu Dan…... hentakkan semangatmu membangun Negara ini kembali dengan kejujuran dan ketulusan Pahlawan perkasa itu sudah serahkan semua kepadamu, dengan segenap darah, sukma dan denyar jantungnya Ayo, mari kita rangkai kembali untaian mutu manikan indah ini dengan sepenuh hati , sepenuh asa, Agar bisa kembali bersinar dengan cemerlang, kokoh, kuat , dan utuh tak bernoda. ( Kupersembahkan bagi pahlawan dan anak bangsaku tercinta : INDONESIA )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun