Pangeran Biru cepat mencabut pedangnya, para panglima juga bersiap mengurung keempat utusan dari Kemayang itu.
Panglima Maruta dan panglima Dargo maju bersamaan, “Cabut pedangmu senapati, kita selesaikan di sini semuanya.”
Senapati Warsih cepat maju “ Maaf panglima , biar saya yang menyelesaikan semua. Puteri Puspita itu junjungan kami, kami yang harus menyelesaikan semua.” Senapati Warsih memberi tanda dengan tangannya dan ada tiga senapati yang maju dengan pedang terhunus.
“Berhenti kalian semua.” Nyai Gandhes berkata
“Mundur kalian semua.” Nyai Gandhes turun kebawah dan langsung keempat senapati Kemayang itu menyembah.
“Kalian pulang, beritahukan pada Baginda Kelana, Puteri Kencana dan pangeran Tirto Beno, kita teruskan pertempuran ini sampai selesai. Tidak ada utusan lagi yang kesini, mengerti kalian ?”
“Kami nanti akan mendapat hukuman Nyai. Puteri Kencana dan pangeran Tirto Beno sudah ada dikapal menunggu, untuk kesini.”
Banyak penunggang kuda datang, prajurit Galuga serentak mengurung mereka.
Senjata disegala penjuru disiapkan, aku lihat panglima Maruta dan panglima Dargo maju menghadang.
“T-u-r-u-n s-e-m-u-a “ Ada Nini Rumping, beberapa panglima Kemayang dan di tengah ada puteri Kencana dan pangeran Tirito Beno.
Nyai Gandhes menggeleng-gelengkan kepalanya, puteri Kencana dan pangeran Tirto Beno maju menghadap Nyai Gandhes, bersembah.
“Kami ingin menantang pangeran Biru dan Puteri Puspita untuk bertanding Nyai.Kalau kami kalah, kami akan menyerah menjadi tawanan Galuga. Istana air Parapat kami serahkan. Kalau kami menang, Puteri Puspita menjadi milik saya dan pangeran Biru akan mendapatkan Puteri Kencana.”